Jumat, 08 Maret 2019

Trump Kecewa Jika Korut Pulihkan Situs Peluncuran Rudal


Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong-un
Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong-un
Foto: Republika

Pekan lalu Trup bertemu Kim untuk membahas mengenai denuklirisasi.




CB, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merasa kecewa jika benar Korea Utara (Korut) memulihkan situs peluncuran roketnya. Meski, dia mengatakan masih terlalu dini untuk memastikan informasi tersebut benar adanya atau tidak.

"Saya akan sangat kecewa jika itu benar terjadi," ujar Trump menanggapi laporan soal situs peluncuran itu pada Rabu (6/3) waktu setempat seperti dikutip BBC, Kamis.

"Ini laporan yang sangat awal. Saya akan sangat, sangat kecewa dengan Ketua Kim Jong-un, jika benar, dan kita lihat apa yang terjadi saja nanti. Kita akan memeriksanya sehingga nantinya akan diselesaikan," Trump menambahkan.

Pakar asing dan anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), mengungkapkan, Korut sedang memulihkan fasilitas di lokasi peluncuran roket jarak jauh. Fasilitas di lokasi tersebut merupakan lokasi peluncuran roket jarak jauh yang dijanjikan dihapus oleh Korut. Pekerjaan membongkar situs peluncuran satelit Sohae itu dimulai tahun lalu, dan dinilai sebagai konsesi oleh Pyongyang.

Badan Intelejen Korsel (NIS) memberikan penilaian terkait tempat peluncuran Tongcang-ri Korut kepada anggota parlemen dalam suatu pengarahan pribadi. Namun Korut tidak segera menanggapi hal ini.

Sebelumnya Korut telah melakukan peluncuran satelit di situs itu dalam beberapa tahun terakhir. Sehingga Korut menerima sanksi PBB lantara uji coba rudalnya. Fasilitas peluncuran Sohae di situs Tongchang-ri telah digunakan untuk peluncuran satelit dan pengujian mesin tetapi tidak pernah untuk peluncuran rudal balistik.

Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton sebelumnya mengatakan Korut masih dapat menghadapi lebih banyak sanksi jika tidak ada kemajuan dalam denuklirisasi.

Temuan situs ini pun muncul setelah pekan lalu pertemuan antara Pemimpin Korut, Kim Jong-un dan Presiden AS, Donald Trump yang berakhir tanpa adanya kesepakatan. Pertemuan bersejarah pertama antara keduanya pada tahun 2018 di Singapura menghasilkan kesepakatan yang tidak jelas soal denuklirisasi.





Credit  republika.co.id