Jumat, 01 Maret 2019

Kerahkan 103 Kapal, Turki Latihan Perang Terbesar dalam Sejarah


Kerahkan 103 Kapal, Turki Latihan Perang Terbesar dalam Sejarah
Sebuah kapal selam dan helikopter militer Turki saat bermanuver. Foto/Instagram/Turkish Armed Forces

ANKARA - Turki menggelar latihan perang Angkatan Laut terbesar dalam sejarahnya. Sebanyak 103 kapal, termasuk kapal perang dan kapal selam, dikerahkan di tiga laut.

Pasukan Angkatan Udara dan Angkatan Darat juga ambil bagian dalam latihan perang empat hari yang diberi nama Mavi Vatan 2019. Manuver akbar ini dimulai sejak Rabu (27/2/2019) di Laut Hitam, Laut Aegea, dan Mediterania timur secara bersamaan.

Sejumlah drone dan pesawat jet tempur buatan Turki ikut dilibatkan dalam latihan perang Mavi Vatan 2019. Latihan ini direncanakan enam bulan lalu, sesuai dengan peraturan NATO.

Mengutip Hurriyet Daily News, Kamis (28/2/2019), 103 kapal yang terlibat latihan perang di tiga laut antara lain 13 kapal fregat, 6 kapal korvet, 16 kapal serbu, 7 kapal selam, 7 kapal pemburu ranjau, 14 kapal patroli, serta kapal-kapal Angkatan Laut lainnya.

Manuver Mavi Vatan 2019 dikoordinasikan oleh Komando Pusat Perang Angkatan Laut dan akan berlangsung hingga 2 Maret 2019.

"Tidak ada yang bisa dilakukan di Mediterania tanpa Turki," kata Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu saat mengumumkan latihan perang tersebut pekan lalu. "Kami tidak akan membiarkan itu," ujarnya, yang menambahkan bahwa Turki akan mulai mengebor minyak dan gas di dekat Siprus dengan dua kapal eksplorasi baru.

Ladang gas besar baru-baru ini ditemukan di daerah yang disengketakan di Mediterania timur, di lepas pantai Siprus utara yang diduduki Turki.

Langkah ini diperkirakan akan mengobarkan ketegangan regional dengan Yunani. Selain perselisihan yang sedang berlangsung di Siprus, Athena dan Ankara juga turut campur tangan atas kepemilikan sekelompok pulau di Laut Aegea.

Turki sebelumnya membuat kesal NATO dengan mengumumkan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah menandatangani kesepakatan untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia, meskipun AS berupaya membujuk Ankara agar membeli sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika sebagai gantinya.

Keputusan Ankara ini bisa memicu Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi berdasarkan undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). UU yang dirancang untuk mengganggu penjualan persenjataan Rusia itu telah menghantam China setelah Beijing membeli sistem rudal S-400 dan sejumlah jet tempur Su-35. 





Credit  sindonews.com