Jumat, 08 Maret 2019

Ancam China, Singapura Beli F-35 dari Amerika Serikat



Ancam China, Singapura Beli F-35 dari Amerika Serikat
Ancam China, Singapura Beli F-35 dari Amerika Serikat


WASHINGTON - Singapura dilaporkan akan membeli pesawat siluman F-35 dari Amerika Serikat (AS). Kabar itu menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Beijing yang kerap melakukan aksi provokasi di Laut China Selatan. Kini Singapura ingin menjadi negara keempat yang memiliki pesawat F-35 di Asia Pasifik. Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen pekan lalu telah mengumumkan pembelian 12 pesawat F-35 dari AS.

Hal itu seperti akan berjalan mulus karena Singapura merupakan aliansi utama AS di Asia Pasifik. Penjualan pesawat harus mendapatkan persetujuan Kongres AS. Ng mengungkapkan, baik pemerintahan Trump maupun Pentagon menyepakati penjualan tersebut. “Angkatan Bersenjata Singapura Generasi Mendatang akan lebih tanggung di segala domain,” ujar Ng di depan anggota parlemen. Dia juga menunjukkan alutsista Singapura yang akan dimiliki pada 2030.

Pesawat siluman AS memang menjadi andalan utama Singapura. Pentagon menyebut F-35 sebagai pesawat paling canggih dalam segi penerbangan, mesin, dan senjata. Mereka juga mengklaim pesawat itu menjadi besi terbang paling bisa dijangkau dari segi harga dan paling bisa bertahan di medan tempur.

Lampu hijau penjualan F-35 ke Singapura merupakan strategi AS di Laut China Selatan. Para analis mengungkapkan, keputusan Singapura membeli teknologi F-35 mengindikasikan upaya AS untuk membendung China dalam memperluas ambisinya.

“Singapura mungkin tidak percaya dengan jaminan China dalam klaim Laut China Selatan, tanpa maksud militer dan tidak akan menghasilkan China menguasai wilayah udara dan laut di Laut China Selatan,” kata mantan direktur operasional Pusat Intelijen Bersama Komando Pasifik AS, Carl Schuster, dilansir CNN.

China mengklaim telah menguasai 1,3 juta mil persegi Laut China Selatan sebagai teritorial yang berdaulat. Beijing semakin agresif dalam beberapa tahun berkonflik dengan negara-negara Asia Tenggara. Mereka memperkuat kehadirannya di jajaran kepulauan Spratly dan Paracel.

Namun, AS menentang segala strategi China tersebut. Bersama aliansinya, AS mengirim kapal perang dengan dalih operasi kebebasan navigasi di pulau yang dibangun China. Mereka juga mengirim pesawat pengebom ke Laut China Selatan.

Dengan akuisisi F-35, Singapura akan bergabung dengan Australia, Jepang, dan Korea Selatan, yang mengoperasikan pesawat tersebut di Pasifik. AS juga memiliki banyak pesawat F-35 di Jepang. Mereka juga bisa mengoperasikan kapal perang Angkatan Laut AS ke Laut China Selatan.

Para pejabat AS sebelumnya mengabaikan upaya menghidupkan kembali perang dingin dengan China di Pasifik. Namun, penjualan pesawat F-35 ke Singapura diperkirakan akan memperkeruh hubungan AS-China. “Beijing akan melihat perkembangan ini sebagai bentuk kehadiran AS di kawasan Asia Pasifik,” kata analis pertahanan senior, RAND Corp, Timothy Heath. 

“Jaringan angkatan udara yang menggunakan F-35 semakin luas dan bisa bekerja sama dalam koalisi jika dibutuhkan. Perkembangan ini menjadi pesan penting kepada China,” jelasnya. Kemajuan teknologi F-35 mengizinkan integrasi di antara para pengguna pesawat tersebut. Itu pasti akan menjadi perhatian utama bagi Beijing.

Peter Layton, analis pertahanan di Griffith Asia Institute di Australia, mengungkapkan kemampuan perang elektronik dan siluman F-35 menjadikan aliansi AS semakin kuat. “F-35 bisa mampu menembus pertahanan udara dan mengirimkan informasi target dengan detail untuk melacak pesawat yang mengangkut misil jarak jauh atau sistem pertahanan misil anti-kapal,” tambahnya.

Layton mengungkapkan, penjualan F-35 ke Singapura akan mengganggu China yang berpikir itu akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara di Laut China Selatan. Singapura memang dikenal sebagai sekutu dekat AS. Mereka kerap menjadi lokasi berlabuhnya kapal Angkatan Laut AS, meski tetap menjadi pemain kunci yang rendah dalam urusan militer.

“Meskipun hubungan baik dengan AS, Singapura tetap memiliki hubungan ekonomi yang baik dengan China,” kata Heath. “Singapura juga tidak ingin membahayakan China. Singapura bertindak tenang,” paparnya.

Lowy Institute dari Australia menempatkan kekuatan militer Singapura pada peringkat ke-10 dari 25 negara Asia tahun lalu di belakang Australia, tetapi lebih kuat dibandingkan Vietnam, Indonesia, dan Malaysia. Singapura memang ingin meningkatkan alutsista dan hubungan pertahanan dengan negara tetangga. “Singapura memiliki peranan sebagai fasilitator keamanan dan stabilitas regional,” ujar Schuster.




Credit  sindonews.com