Senin, 03 Desember 2018

Pakar: Jika Menginvasi Taiwan, China akan Perang dengan AS



Pakar: Jika Menginvasi Taiwan, China akan Perang dengan AS
Kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat, USS Ronald Reagan, saat berlayar di Laut Filipina. Foto/REUTERS

SYDNEY - Pakar militer Amerika Serikat (AS) tentang China, Oriana Skylar Mastro dari Georgetown University, mengatakan situasi berbahaya di dunia saat ini soal krisis Taiwan dan sengketa Laut China Selatan. Keduanya bisa memicu perang antara Beijing dan Washington.

Ketika pertanyaan muncul apakah Beijing dan Washington akan perang jika China menginvasi Taiwan atau konflik militer pecah di Laut China Selatan, Mastro memberi jawab tegas; "Ya".

Mastro adalah analis senior tentang China untuk Pentagon. Namun, dia mengatakan bahwa pandangannya tidak boleh ditafsirkan sebagai pernyataan resmi dari Departemen Pertahanan AS.

Dia berbicara sebagai bagian dari panel Lowy Institute di Sydney pada hari Rabu lalu tentang tantangan China terhadap dominasi militer Amerika Serikat di Asia.

Mastro mengatakan telah terjadi pergeseran pada kebijakan AS yang lebih agresif terhadap China dan sekarang ada konsensus luas bahwa China telah menunjukkan diri sebagai ancaman terhadap keamanan AS serta sekutu dan mitranya.

"China ingin mendominasi Indo-Pasifik dan mereka ingin militer AS keluar," katanya.

“Dulu semua orang mempertanyakan apakah AS memiliki tekad untuk melawan perang ini, sekarang para sarjana, pejabat pemerintah, semua berbicara tentang kemampuan," ujarnya.

“Kami semua mengatakan, 'tentu saja kami akan berperang, tetapi bisakah kami menang?'," ujarnya, seperti dikutip dari news.com.au Sabtu (1/12/2018).

Menurutnya, jika perang pecah di masa depan itu mengenai seberapa besar tekad China menantang dominasi regional AS.

Mastro yakin AS sekarang berusaha mengirim pesan ke China bahwa Wasington akan tinggal di kawasan itu dan bersedia mengambil risiko yang terkait dengan hal tersebut, termasuk potensi konflik bersenjata antara kedua belah pihak.

"Saya pikir kemungkinan konflik terbatas antara China dan AS meningkat," katanya.

Profesor Benjamin Schreer dari Macquarie University mengatakan jika masalah apakah AS memiliki tekad untuk menangani China telah diatasi, maka taruhannya dinaikkan secara signifikan.

"Jika China menganggap AS tidak berjuang untuk Taiwan, tidak bertempur di Laut China Selatan, tidak bertarung bahkan untuk Jepang, dan itu salah, maka kita akan memiliki perang itu," katanya.

Schreer mengatakan kemungkinan konflik yang meletus ke dalam perang dapat didorong karena para pemimpin China khawatir "jendela kesempatan" untuk bertindak dan mencapai ambisi strategisnya dapat ditutup.

China mungkin hanya memiliki 10 hingga 15 tahun untuk bertindak lebih tegas di kawasan itu karena AS dan sekutunya mulai sadar akan ambisinya. Negara itu juga menghadapi masalah domestik dan ekonomi yang meningkat. 

Dia mengatakan krisis internasional kecil dapat terjadi dari waktu ke waktu dan sudah ada beberapa yang terjadi di semenanjung Korea, Laut China Selatan, Laut China Timur dan Taiwan.

"Dinamika ini bisa terus berkembang selama beberapa dekade," katanya. Yang lebih memprihatinkan, kata dia, adalah bahwa pertempuran kecil dapat benar-benar menguntungkan China.

"Ada beberapa skenario di mana China akan menang dan yang sebelumnya tidak terjadi," imbuh Mastro.

Ketika banyak orang berpikir tentang perang, mereka membayangkan konfrontasi ala Perang Dingin yang telah terjadi di masa lalu, tetapi Mastro yakin pertempuran kecil lebih mungkin terjadi.

Dia mengatakan tidak satu pun negara yang menginginkan perang besar sehingga jika Amerika Serikat dapat memastikan tujuannya, misalnya, tentang mempertahankan kemampuannya untuk beroperasi di Laut China Selatan dan bukan tentang menggulingkan Partai Komunis, mungkin ada "konflik terbatas".

Mastro melanjutkan bahwa China kemungkinan akan memainkan perang singkat mungkin 30 hingga 60 hari dan itu bisa menjadi masalah bagi AS.

Misalnya, jika China mampu menyerang pangkalan AS di Taiwan atau menghentikannya beroperasi untuk waktu yang singkat di Jepang, ini akan mencegah Amerika mempertahankan kontrol udara.

"China dapat meluncurkan invasi ke Taiwan, mengkonsolidasikan posisinya di Taiwan sebelum AS dapat mengirim pasukan tambahan," katanya kepada news.com.au setelah diskusi panel.

Dibutuhkan berbulan-bulan bagi pasukan AS untuk siap dikerahkan dan jika China dengan cepat menyatakan perdamaian di negara itu. Menurutnya, pertanyaannya adalah apakah AS akan bersedia memulai perang lagi jika perang tersebut telah berakhir?

"China ingin perang cepat, itu satu-satunya cara mereka bisa menang," katanya.




Credit  sindonews.com