Senin, 04 Juni 2018

Jika Perang dengan Iran, NATO Tidak Akan Bela Israel


Jika Perang dengan Iran, NATO Tidak Akan Bela Israel
NATO menyatakan jaminan keamanan tidak berlaku bagi Israel jika pecah perang antara negara Zionis itu dengan Iran. Foto/Istimewa


BRUSSELS - NATO tidak berkewajiban untuk datang menyelamatkan jika seandainya terjadi perang antara Iran dengan Israel. Hal itu katakan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg.

“Israel adalah mitra kami, tetapi bukan anggota NATO. Jaminan keamanan Pasal 5 tidak berlaku untuk Israel,” terang Stoltenberg kepada majalah Jerman Der Spigel.

Pasal 5 dari perjanjian NATO yang dimaksud Stoltenberg menyatakan bahwa serangan terhadap satu sekutu dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu, tetapi itu tidak berlaku bagi mereka yang ditunjuk hanya sebagai "mitra" aliansi.

Stoltenberg menambahkan bahwa aliansi tidak terlibat dalam upaya perdamaian Timur Tengah, atau dalam konflik di wilayah tersebut.

"Ini bukan tugas kami," ia menekankan seperti dinukil dari Russia Today, Minggu (3/6/2018)..

Meski begitu, tahun lalu, NATO secara resmi bergabung dengan koalisi pimpinan AS melawan teroris IS (Islam Negara, sebelumnya ISIS) di Irak dan Suriah.

Seandainya terjadi perang hipotetis seperti itu, itu juga tetap menjadi pertanyaan terbuka jika Amerika Serikat (AS) mempertahankan sekutu terdekatnya di kawasan itu. Pasalnya Washington dan Tel Aviv tidak memiliki perjanjian pertahanan resmi bersama, meski ada tonggak baru dalam hubungan bilateral yang dicapai ketika AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaannya di sana.

"Kita semua sama-sama prihatin dengan program rudal Iran dan kegiatannya yang mengarah ke ketidakstabilan di kawasan itu, misalnya dukungan kelompok teroris," tambah Stoltenberg, mengulangi tuduhan umum yang secara teratur ditujukan kepada Iran, dan atas dasar apa Washington terus memperkenalkan putaran sanksi di Teheran.

Sementara saingan eksistensial Israel dan Iran tidak pernah terlibat dalam konflik militer langsung, mereka terkunci dalam perjuangan politik yang kejam dan dalam konfrontasi proksi. Menjadi kritikus paling vokal dari kesepakatan nuklir internasional 2015 dengan Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat berpengaruh dalam meyakinkan Presiden AS Donald Trump untuk secara sepihak mundur dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

"Kesepakatan Iran terus berlanjut," Stoltenberg mengungkapkan dukungannya, mengingat fakta bahwa AS hanyalah salah satu pihak dalam perjanjian kompleks yang didukung PBB - yang melibatkan Inggris, Rusia, Perancis, China, Jerman dan Uni Eropa - tidak ada yang mendukung gerakan nekat Washington itu.

“Pertanyaannya adalah, bisakah itu bekerja tanpa AS? Dampak dari sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan Eropa akan sangat besar dalam hal apapun,” tanya Stoltenberg.





Credit  sindonews.com