Rabu, 06 Juni 2018

Diduga Membelot ke Cina, Mantan Pejabat Intel AS Ditangkap



Borgol. Ilustrasi.
Borgol. Ilustrasi.

Hansen dituduh kirim informasi pertahanan ke Cina dengan imbalan ratusan ribu dolar



CB, WASHINGTON -- Mantan pejabat Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat ditangkap pada akhir pekan ini karena diduga membelot ke Cina dengan memata-matai negaranya, kata Departemen Kehakiman setempat pada Senin (4/6). Biro Investigasi Federal (FBI) menangkap Ron Rockwell Hansen, pria berusia 58 tahun, pada Sabtu saat berada dalam perjalanan menuju bandar udara internasional Tacoma di Seattle. Dia dijadwalkan terbang ke Cina.


Departemen Kehakiman menuding Hansen berupaya mengirim informasi pertahanan nasional kepada Cina dengan imbalan ratusan ribu dolar AS. Bersamaan dengan itu, dia secara gelap bertindak sebagai agen bagi pemerintah di Beijing.

Sementara itu, di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying mengaku tidak mengetahui perkara tersebut. Namun, tentu saja akhir-akhir ini banyak persoalan yang muncul antara Cina dengan Amerika Serikat.


"Kami berpendapat bahwa Cina dan Amerika Serikat adalah dua negara besar yang seharusnya lebih banyak memperkuat kerja sama dan rasa saling percaya," kata Hua kepada wartawan.


Hansen adalah tokoh terbaru dalam gelombang penangkapan terhadap para mantan pejabat intelijen Amerika Serikat terkait dugaan pembelotan dengan menjadi mata-mata Cina. Pada awal tahun ini, mantan petugas CIA Jerry Chun Shing Lee didakwa berkonspirasi untuk mengumpulkan dan mengirimkan informasi pertahanan nasional kepada Cina.


Selain itu, mantan pegawai intelijen Amerika Serikat bernama Kevin Mallory kini tengah menjalani pengadilan di Virginia, juga karena diduga menjual informasi rahasia kepada Beijing. Dalam kasus baru yang diumumkan pada Senin, kejaksaan mengatakan bahwa Hansen menguasai dengan lancar bahasa Mandarin dan Rusia.


Dia menjabat sebagai petugas jaringan para agen di Badan Intelijen Pertahanan dan pada saat bersamaan aktif di militer pada 2000-2006. Dia kemudian meneruskan jalur karirnya sebagai karyawan sipil dan sebagai pegawai kontrak.


Hansen juga memegang akses terhadap rahasia tinggi negara selama bertahun-tahun. Pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa di antara tahun 2013 sampai 2017, Hansen terbang pulang pergi ke Cina untuk menghadiri berbagai macam konferensi sekaligus memberikan informasi yang didapatnya kepada badan intelijen Cina.


Dia dibayar melalui transfer, uang tunai, dan kartu kredit. Dia juga diduga melanggar hukum karena menjual teknologi yang tidak boleh diekspor. "Tindakannya adalah pengkhianatan terhadap keamanan negara dan rakyat Amerika," kata John Demers, kepala Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman Amerika Serikat.


Menurut catatan pengadilan, FBI mulai menginvestigasi Hansen mulai pada 2014 tanpa diketahui oleh tersangka. Dia bahkan sembilan kali berpartisipasi dalam pertemuan sukarela dengan FBI. Dalam pertemuan itu, Hansen mengatakan kepada FBI bahwa Cina berupaya merekrut dirinya.





Credit  republika.co.id