Kamis, 07 Juni 2018

Deklarasi Damai Korea Dinilai Lemah Tanpa Cina

Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump
Foto: EPA

AS dan Korsel mengisyaratkan tak melibatkan Cina dalam deklarasi damai dua Korea.




CB, BEIJING -- Tabloid milik negara Cina, Global Times mengeluarkan sebuah editorial untuk pekan ini yang mengomentari hubungan antara Korea Utara (Korut), Korea Selatan (Korsel), dan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini. Dengan mengutip seorang pengamat, disebutkan bahwa efektivitas deklarasi yang mengakhiri perang Korea tanpa Beijing lemah. Hal itu mengingat kepentingan geopolitik Beijing atas kawasan itu.


Washington dan Seoul memberi sinyal berakhirnya perang secara resmi dalam agenda pertemuan yang akan datang. Pertemuan tersebut tidak melibatkan Cina. Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan dengan Kim Jong-un dapat mengakhiri perang Korea secara resmi.

Global Times berpendapat bahwa keterlibatan Cina diperlukan untuk memastikan setiap kesepakatan untuk mengakhiri secara formal konflik tidak dapat dibatalkan.


"Perjanjian akhir perang tanpa partisipasi Cina tidak sah," kata editorial yang dikutip South China Morning Post, Rabu (6/6). "Jika Washington, Seoul, dan Pyongyang menandatangani deklarasi untuk mengakhiri perang, itu akan menjadi hal yang baik... tetapi deklarasi semacam itu tidak dapat secara hukum terkait dengan Perjanjian Gencatan Senjata Korea."


Akan tetapi, editorial tersebut menilai Cina akan tetap terlibat dalam deklarasi berakhirnya perang Korea. "Apakah Cina ditendang keluar dari deklarasi akhir perang?... (Cina) selalu menjadi pemain kunci," ujarnya.


Editorial bernada keras tersebut muncul sebelum pertemuan tinggi Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni.
Trump pekan lalu menambah kekhawatiran Beijing ketika dia mengatakan ada kemungkinan kesepakatan untuk secara resmi mengakhiri perang Korea dapat dicapai di KTT dengan Korut. Gencatan senjata 1953 ditandatangani oleh AS, Cina, dan Korut menangguhkan permusuhan di semenanjung Korea. Oleh karena itu, dua Korea secara teknis masih berperang hingga kini.



Credit  republika.co.id