Dalam pidato di National Rifle Association (NRA) pada hari Jumat, Trump menyinggung rentetan penembakan di Paris. Menurutnya, jika warga sipil dipersenjatai itu akan menjadi cerita yang berbeda.
Pemerintah Prancis mengeluarkan kecaman terkuatnya terhadap Trump atas pidato tersebut. Kemarahan Prancis ini jadi ironi karena Presiden Emmanuel Macron baru-baru ini berkunjung ke Gedung Putih untuk memperkuat hubungan bilateral.
"Perancis menyatakan ketidaksetujuannya terhadap komentar-komentar Presiden Trump tentang serangan Paris pada 13 November 2015 dan menuntut agar ingatan para korban dihormati," kata kantor Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Minggu (6/5/2018).
Para politisi Prancis, termasuk Wali Kota Paris ikut mempersoalkan komentar Trump. Terlebih pidato Trump menyinggung korban pembantaian kelompok bersenjata saat konser di Bataclan Paris, di mana 90 dari 130 korban serangan itu tewas.
"Mereka mengambil waktu mereka dan menembak mereka satu per satu. Boom! Kemarilah. Boom! Kemarilah. Boom!," kata Trump, sembari menggunakan tangannya dengan gerakan menembakkan pistol.
Mantan presiden Prancis Francois Hollande, yang menjadi kepala negara pada saat itu, mengatakan di Twitter bahwa komentar dan kejenakaan Trump "memalukan" dan "tidak senonoh".
Reaksi kemarahan juga muncul di Inggris. Trump, yang dijadwalkan mengunjungi Inggris pada 13 Juli, mengatakan kepada anggota NRA bahwa rumah sakit yang sangat bergengsi di London, yang tidak disebut namanya, telah menjadi kewalahan dengan korban serangan pisau.
"Mereka tidak punya senjata. Mereka punya pisau dan malah ada darah di seluruh lantai rumah sakit ini," katanya. "Mereka mengatakan itu sama buruknya dengan rumah sakit di zona perang militer. Pisau, pisau, pisau, pisau," ujar Trump sembari membuat gerakan menusuk.
London menderita lonjakan kejahatan pisau awal tahun ini dan jumlah serangan lebih banyak ketimbang yang terjadi di New York.
Karim Brohi, seorang ahli bedah utama di Inggris menilai saran agar publik Inggris dipersenjatai adalah saran konyol.
"Ada lagi yang bisa kita semua lakukan untuk memerangi kekerasan ini, tetapi untuk menyarankan senjata adalah bagian dari solusi yang konyol. Luka tembak setidaknya dua kali lebih mematikan seperti luka pisau dan lebih sulit diperbaiki," kata Brohi dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Inggris Raya secara efektif melarang kepemilikan pistol bagi warga sipil di Inggris, Skotlandia dan Wales setelah penembakan di sekolah pada tahun 1996.
Credit sindonews.com