Selasa, 03 April 2018

Trump Sempat Undang Putin ke Gedung Putih


Trump Sempat Undang Putin ke Gedung Putih
Donald Trump dilaporkan sempat mengundang Vladimir Putin untuk mengadakan pertemuan di Gedung Putih, sebelum kedua negara saling usir diplomat. (AFP Photo/Pool/Jorge Silva)



Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan sempat mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengadakan pertemuan di Gedung Putih, sebelum kedua negara saling usir diplomat.

"Trump mengusulkan pertemuan di Gedung Putih di Washington," ujar penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yury Ushakov, sebagaimana dikutip AFP, Senin (2/4).

Ushakov mengatakan bahwa usulan tersebut disampaikan Trump saat berkomunikasi melalui sambungan telepon dengan Putin pada 20 Maret lalu.


Saat itu, Trump mengucapkan selamat atas kemenangan kembali Putin dalam pemilihan umum.


Washington Post melaporkan bahwa saat itu Trump mengabaikan anjuran para penasihatnya agar tak mengundang Putin.

Tak lama setelah Rusia mengungkap perbincangan ini, sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders, pun mengonfirmasi kabar tersebut.

Sanders mengatakan bahwa kedua pemimpin negara sempat membicarakan kemungkinan pertemuan bilateral "di sejumlah kemungkinan tempat, termasuk Gedung Putih."


Seorang pejabat AS menyatakan bahwa Rusia sengaja mengungkap undangan Trump itu "jelas untuk kepentingan mereka."

Menurut pejabat anonim itu, Putin sedang membutuhkan citra baik di tengah isolasi internasional akibat insiden peracunan mantan agen ganda, Sergei Skripal, di Salisbury, Inggris.

Inggris menuding Rusia sebagai dalang di balik upaya peracunan tersebut, tindakan yang dianggap dapat membahayakan warga di wilayah tersebut.

Inggris pun mengusir diplomat Rusia dari negaranya sebagai tanda protes. Langkah ini diikuti oleh sejumlah negara, termasuk AS yang mengusir 60 diplomat Rusia.


Sebagai respons, Rusia juga mengusir 60 diplomat AS, merenggangkan hubungan kedua negara yang sebelumnya sudah sempat erat di bawah pemerintahan Trump.

Setelah saling usir diplomat ini, kedua negara pun tak pernah lagi membahas kemungkinan pertemuan Trump dan Putin.

"Trump sendiri yang mengusulkan pertemuan. Namun, setelah itu, hubungan bilateral kedua negara terpuruk, para diplomat diusir," kata Ushakov.






Credit  cnnindonesia.com



Balas Negara Barat, Rusia Usir Diplomat dari 19 Negara


Balas Negara Barat, Rusia Usir Diplomat dari 19 Negara
Ilustrasi bendera Rusia. Negara tersebut dilaporkan mengusir diplomat dari belasan negara Barat. (REUTERS/Gleb Garanich)



Jakarta, CB -- Rusia mengusir diplomat dari setidaknya 19 negara yang merupakan aksi balasan atas tindakan serupa oleh belasan negara setelah kasus serangan racun terhadap seorang mantan mata-mata di Inggris.

Laporan kantor berita Rusia yang dikutip CNN menyatakan Moskow pada Jumat (30/3) telah mengusir 13 diplomat Ukraina, empat dari Kanada, empat dari Polandia, empat dari Jerman, tiga dari Lithuania, tiga dari Ceko, tiga dari Moldova, dua dari Italia, dua dari Belanda, dua dari Spanyol dan dua dari Denmark.

Selain itu, ada pula seorang dari Finlandia, satu dari Latvia, satu dari Swedia, satu dari Norwegia, satu dari Romania, satu dari Kroasia dan satu dari Irlandia. Seorang atase militer dari Estonia pun ikut diusir.


Moskow belum merespons Belgia, Hungaria, Montenegro dan Georgia terkait tindakan seputar kasus Skripal ini.


Lebih dari 20 negara mengumumkan akan mengusir diplomat Rusia untuk mendukung Inggris. London menuding Moskow ada di balik serangan racun saraf terhadap mantan agen dari negaranya sendiri, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia.

Serangkaian pengusiran ini dilakukan sehari setelah Rusia mengumumkan akan mengusir 60 diplomat Amerika Serikat dan menutup konsulat di St Petersburg, membalas langkah sama dari Washington.

AS lebih dulu menyatakan akan mengusir diplomat Rusia dengan jumlah yang sama dan menutup konsulat negara tersebut di Seattle.

"Pesan dari Moskow ini tidak mengejutkan," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass, merespons pengusiran diplomatnya. "Kami tidak begitu saja memutuskan mengusir para diplomat Rusia. Reaksi kami di kasus skripal diharuskan dan pantas sebagai sinyal politik."

Rusia juga dilaporkan meminta Inggris mengurangi jumlah stafnya di kedutaan besar di Moskow hingga sama dengan jumlah diplomat Rusia yang masih ada di London.

Perdana Menteri Inggris Theresa May memerintahkan pengusiran 23 diplomat Rusia pada 14 Maret. Dia menyebut mereka sebagai "mata-mata tak resmi."

Rusia membalas dengan langkah yang sama, ditambah dengan menutup konsulat Inggris di St Petersburg.

Kabar terakhir datang sehari setelah Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil duta besar negara-negara yang disebut melakukan "tindakan tidak bersahabat" kepada Rusia dalam bentuk solidaritas kepada Inggris.

Kemlu Rusia menyatakan para dubes itu akan "diberikan nota protes dan diberi tahu soal langkah timbal balik Rusia."





Credit  cnnindonesia.com