Jumat, 27 April 2018

Rusia Hadirkan Saksi Serangan Kimia, Barat Boikot Pertemuan OPCW



Rusia Hadirkan Saksi Serangan Kimia, Barat Boikot Pertemuan OPCW
Duta Besar Rusia Alexander Shulgin (kiri) dan seorang anak lelaki tak dikenal dari Douma, Suriah, saat sebuah konferensi pers di Den Haag, Belanda. Foto/REUTERS/Michael Kooren



THE HAGUE - Rusia dan sekutunya, Suriah, menghadirkan belasan orang yang tidak terluka dari Ghouta, Suriah, ke markas Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Kehadiran mereka untuk mendukung klaim Rusia dan Suriah bahwa tidak ada serangan kimia di Douma seperti yang dituduhkan selama ini.

Namun, langkah itu ditolah oleh Inggris dan menyebutnya sebagai aksi akrobat. Inggris juga mengatakan bahwa kekuatan sekutu Baratnya, termasuk Prancis dan Amerika Serikat (AS), telah memboikot pertemuan tertutup OPCW.

"OPCW bukanlah sebuah teater," cetus utusan Inggris untuk OPCW, Peter Wilson, dalam sebuah pernyataan.

"Keputusan Rusia untuk menyalahgunakannya adalah upaya lain Rusia untuk merongrong pekerjaan OPCW, dan khususnya temuan dari Fact Finding Mission (misi pencari fakta) yang tengah menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (27/4/2018).

Sementara Duta Besar Prancis untuk OPCW Philippe Lalliot menyebut kemunculan orang-orang Suriah di The Hague “tidak senonoh.”

"Ini tidak datang sebagai kejutan dari pemerintah Suriah, yang telah membantai dan menggasak rakyatnya sendiri selama 7 tahun terakhir," katanya kepada Reuters.

Dia mengatakan hal itu lebih mengejutkan karena datang dari Rusia.

"Seseorang tidak bisa tetapi bertanya-tanya apakah yang lebih lemah (Suriah) tidak mengambil yang lebih kuat (Rusia) di jalan di luar kepentingannya, jika bukan martabatnya."

Sebagaimana diketahui, OPCW tengah menyelidiki kematian puluhan orang di Douma, sebuah daerah kantong di Ghouta, pada 7 April lalu. AS dan sekutunya mengatakan hal itu disebabkan oleh senjata kimia, mungkin zat syaraf, yang digunakan oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad dengan dukungan Rusia.

Dugaan serangan kimia itu menyebabkan serangan udara oleh AS, Prancis dan Inggris terhadap situs-situs di Suriah. Baik Suriah maupun Rusia telah membantah tuduhan itu dan mengatakan pasukan pemberontak yang melancarkan serangan.

Rusia dan Suriah kemudian membawa 15 warga Suriah ke konferensi pers di Den Haag yang mengatakan mereka tidak melihat bukti senjata kimia digunakan di Ghouta.

Seorang anak, yang diidentifikasi oleh transelator pemerintah Suriah sebagai Hasan Diab yang berusia 11 tahun dari Ghouta, mengatakan ia telah ke rumah sakit setelah serangan itu.

“Mereka mulai menuangkan air ke saya di rumah sakit. Saya tidak tahu mengapa,” katanya. 


Bocah itu mirip dengan anak yang terlihat dalam video yang ditayangkan secara luas di stasiun televisi Barat setelah dugaan serangan.


Duta besar Rusia untuk Belanda mengatakan video itu "dipentaskan" oleh White Hemets, sebuah kelompok bantuan Suriah yang menerima dana dari AS dan pemerintah Barat lainnya.

Saat ini investigator OPCW di Douma mengunjungi situs kedua di Ghouta pada hari Rabu untuk mengambil sampel.




Credit  sindonews.com