TEHERAN
- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, keputusan
Amerika Serikat (AS) untuk memasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam
daftar hitam teroris akan meningkatkan kebencian warga Iran terhadap
pemerintah AS.
"Dengan tindakan seperti itu, pihak Amerika akan mengisolasi diri mereka lebih jauh dan menjadi lebih hina di mata bangsa kita," kata Zarif dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tasnim News pada Selasa (10/10).
"Jika pejabat AS melakukan kesalahan strategis seperti itu, Iran pasti akan melakukan tindakan balasan," katanya. Ia juga menuturkan, beberapa tindakan balasan telah direncanakan dan akan diumumkan pada waktunya.
Diplomat senior Iran lebih jauh menggambarkan IRGC sebagai sebuah lambang kehormatan bagi Iran. Menurut Zarif, pihaknya selalu melindungi keamanan tanah air, dan mempertahankan perbatasan.
Pada awal Agustus, Donald Trump menandatangani undang-undang satu tindakan sanksi yang paling luas dalam lima tahun terakhir, yang dikenal dengan Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang meningkatkan sanksi terpisah pada Iran, Rusia, dan Korea Utara.
CAATSA memperluas sanksi AS yang menargetkan program rudal balistik Iran, dan meningkatkan dasar hukum untuk sanksi yang menargetkan IRGC. Ini juga akan menetapkan dasar hukum bagi AS untuk sanksi tambahan yang menargetkan IRGC atas tuduhan dukungan terhadap terorisme.
Iran mengatakan bahwa sanksi tersebut melanggar kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
"Dengan tindakan seperti itu, pihak Amerika akan mengisolasi diri mereka lebih jauh dan menjadi lebih hina di mata bangsa kita," kata Zarif dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tasnim News pada Selasa (10/10).
"Jika pejabat AS melakukan kesalahan strategis seperti itu, Iran pasti akan melakukan tindakan balasan," katanya. Ia juga menuturkan, beberapa tindakan balasan telah direncanakan dan akan diumumkan pada waktunya.
Diplomat senior Iran lebih jauh menggambarkan IRGC sebagai sebuah lambang kehormatan bagi Iran. Menurut Zarif, pihaknya selalu melindungi keamanan tanah air, dan mempertahankan perbatasan.
Pada awal Agustus, Donald Trump menandatangani undang-undang satu tindakan sanksi yang paling luas dalam lima tahun terakhir, yang dikenal dengan Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang meningkatkan sanksi terpisah pada Iran, Rusia, dan Korea Utara.
CAATSA memperluas sanksi AS yang menargetkan program rudal balistik Iran, dan meningkatkan dasar hukum untuk sanksi yang menargetkan IRGC. Ini juga akan menetapkan dasar hukum bagi AS untuk sanksi tambahan yang menargetkan IRGC atas tuduhan dukungan terhadap terorisme.
Iran mengatakan bahwa sanksi tersebut melanggar kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
Credit sindonews.com