Sebastian Kurz diduga kuat akan menjadi
presiden setelah hasil hitung awal menunjukkan tokoh konservatif muda
itu unggul dalam pemilu, Minggu (15/10). (Reuters/Leonhard Foeger)
Mengusung kampanye hukum imigrasi yang lebih tegas, Kurz diprediksi kuat akan memimpin Austria dengan kekuatan besar sayap kanan.
Pendekatan Kurz ini dianggap berhasil menarik perhatian publik Austria di tengah krisis migrasi di Eropa. Partai tempatnya bernaung, Partai Rakyat (OVP), pun menempati posisi pertama dalam pemilu kali ini, dengan perolehan suara terpaut jauh dari yang mereka raih 2013 lalu.
“Saya sangat senang. Kita membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Terima kasih banyak atas komitmen kalian dan kesuksesan sejarah,” ujar Kurz disambut sorak-sorai para pendukungnya setelah pemungutan suara resmi ditutup.
Meski menempati posisi pertama dalam pemilu kali ini, OVP gagal mendapatkan kursi mayoritas parlemen karena hanya meraih 31,6 persen suara. Mereka pun harus membentuk koalisi agar dapat menjalankan pemerintahan dengan leluasa.
Namun hingga saat ini, Kurz masih enggan menyebut dengan partai mana ia akan membentuk koalisi. Kurz mengatakan, ia masih ingin melihat hasil akhir pemilu.
“Kita beri waktu dulu beberapa hari, kemudian kita akan lihat bagaimana hasil yang sesungguhnya,” kata Kurz, sebagaimana dikutip Reuters.
Merujuk pada perhitungan suara terakhir, posisi kedua pemilu ditempati oleh Demokrat Sosial pada angka 26,9 persen, disusul FPO dengan perolehan suara 26 persen.
Margin kesalahan dari perhitungan suara ini mencapai 0,7 persen sehingga masih terlalu sulit untuk memprediksi partai yang menempati posisi kedua.
Sementara itu, pemimpin FPO, Heinz-Christian Strache, masih membuka pintunya jika Kurz ingin mengajak membentuk koalisi, meski sebelumnya dia kerap diprotes karena disebut mencuri ide sang calon kuat presiden.
OVP dan FPO memang memiliki sejumlah program serupa terkait agenda anti-imigrasi dan anti-Islam. Para pendukung Kurz pun bergembira ketika mengetahui bahwa FPO diduga kuat dikalahkan oleh Demokrat Sosial sehingga kemungkinan koalisi antara OVP dan partai sayap kanan itu semakin kecil.
Credit cnnindonesia.com