Selasa, 17 Februari 2015

Krisis Ukraina Bisa Menjelma Jadi Konflik Dahsyat Rusia dan Barat

Krisis Ukraina Bisa Menjelma Jadi Konflik Dahsyat Rusia dan Barat
Krisis berdarah di Ukraina timur bisa menjelam jadi konflik dahsyat antara Rusia dan Barat. Foto Reuters.
LONDON  (CB) - Krisis berdarah di Ukraina timur bisa berubah menjadi konflik dahsyat yang menyeret Rusia dan negara-negara Barat. Terlebih, jika negara-negara Barat nekat mempersenjatai Ukraina untuk menghadapi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

Demikian peringatan Sir John Sawers, mantan Kepala MI6 Inggris. “Krisis tidak lagi hanya tentang Ukraina,” katanya. ”Ini akan jauh lebih besar dan lebih berbahaya,” katanya lagi, ketika pidato di King College London.

Sawers yang pensiun dari M16 pada November 2014 lalu, kini menjadi Duta Inggris untuk PBB. Dia memperingatkan potensi bahaya besar jika negara-negara Barat mempersenjatai pemerintah Ukraina. Sebab, yang akan dihadapi adalah Rusia di era pemerintah Presiden Vladimir Putin yang memang sangat kuat.

Menurutnya, negara-negara Barat bisa saja "menghadapi Moskow" dengan memberikan senjata ke Ukraina sehingga dapat mempertahankan diri dan menjatuhkan sanksi yang lebih ketat. Tapi, kata dia, Presiden Putin tentu saja tidak akan tinggal diam jika hal itu sampai terjadi.

”Selama Putin melihat ada masalah dalam hal keamanan Rusia, ia akan siap untuk melangkah lebih jauh dari kita. Jadi dia akan merespon dengan eskalasi lebih lanjut di lapangan. Mungkin serangan cyber terhadap kami,” kata Sawers.

“Kami memiliki ribuan kematian di Ukraina. Kita mungkin mulai mendapatkan puluhan ribu (kematian), lalu apa lagi?," imbuh dia, seperti dilansir BBC, semalam.

Sementara itu, meski sudah sepakat gencatan senjata, perang di Ukraina timur, tepatnya di wilayah Donetsk masih bekecamuk. Kubu separatis pro-Rusia yang menamakan diri Repulik Rakyat Donetsk (DPR) mengklaim menewaskan belasan serdadu Ukraina dalam pertempuran Senin kemarin.

”Pada siang hari, pasukan Ukraina ‘dikupas’ oleh tentara DPR di Logvinovo dan daerah terdekat dari Lugansky dan Debaltseve,” kata Eduard Basurin, juru bicara Kementerian Pertahanan DPR, seperti dilansir Itar-Tass, Selasa  (17/2/2015).


Credit  SINDOnews