Ilustrasi Rusia (REUTERS/Gleb Garanich)
Peristiwa ini membuat kedua negara saling tuduh. Pada gilirannya, Ukraina menuduh Rusia melakukan agresi militer dengan menempatkan pasukan militernya dalam posisi 'siaga tempur'.
Melansir Reuters, akibat insiden ini, kedua negara berisiko untuk berhadapan dengan konflik yang lebih luas. Selain itu, ada pula gejala bahwa negara-negara Barat akan memberikan banyak sanksi untuk Rusia.
Sebagaimana diketahui, negara anggota Uni Eropa telah beramai-ramai mengutuk insiden tersebut sebagai 'agresi' Rusia. Mereka juga mendesak Rusia untuk membebaskan kapal angkatan laut Ukraina yang ditahannya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia menyalahkan Ukraina atas konflik tersebut. Rusia menilai bahwa apa yang terjadi merupakan hasil provokasi yang direncanakan oleh Ukraina.
"Provokasi itu sengaja dilakukan untuk memicu ketegangan dan pada akhirnya menjadi dalih untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia," ujar Kemenlu Rusia dalam sebuah pernyataan.
"Kami ingin memperingatkan pihak Ukraina bahwa tindakan memprovokasi konflik dengan Rusia, bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, di wilayah Laut Hitam penuh dengan konsekuensi serius."
Konflik meletus setelah kapal-kapal patroli di wilayah perbatasan Rusia menyita dua kapal angkatan laut Ukraina berukuran kecil yang mengawai sebuah kapal tunda melintas di Laut Hitam, dekat Semenanjung Krimea. Rusia juga melepaskan tembakan ke arah rombongan Ukraina dan melukai tiga awak kapal di antaranya.
Kantor berita Interfax menyebutkan bahwa 24 awak kapal Ukraina telah ditahan. Sementara tiga pelaut yang terluka sedang dalam pemulihan di rumah sakit.
Bentrokan antara Rusia dan Ukraina pada akhir pekan kemarin membuat relasi kedua negara semakin tegang setelah Moskow mencaplok Semenanjung Krimea dari Kiev pada empat tahun lalu.
Credit cnnindonesia.com