Menurut Menteri Pertahanan Israel gencatan senjata berarti menyerah pada teroris.
CB,
YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengundurkan
diri dari jabatannya, pada Rabu (14/11) waktu setempat. Mundurnya
Lieberman ini tepat satu hari setelah gencatan senjata tercapai antara
kelompok perlawanan Palestina dan Israel.
"Saya tidak mencari-cari alasan untuk mengundurkan diri," kata Lieberman dalam konferensi pers, dilansir kantor berita Turki,
Anadolu Agency, Rabu (14/11).
Dilansir
Aljazirah,
Lieberman mengundurkan diri sebagai protes terhadap kesepakatan
gencatan senjata Israel dengan Palestina di jalur Gaza. Dia memprotes
langkah Israel yang mengizinkan Qatar memberikan bantuan 15 juta dolar
Amerika ke jalur Gaza pada pekan lalu.
Lieberman
khawatir dana tersebut akan digunakan warga Palestina di wilayah yang
diblokade untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.
“Begitu
melewati perbatasan, uang 15 juta dolar yang masuk ke jalur Gaza dari
Qatar akan pergi ke keluarga para teroris yang memerangi tentara Israel.
Keluarga-keluarga inilah yang pertama yang akan menerima bagian dari 15
juta dolar itu. Dengan kata lain, kita mendanai teroris,” kata
Liebermen sengit.
Lieberman menganggap kebijakan Israel
soal gencatan senjata ibarat membeli kondisi yang tenang dalam jangka
pendek dengan biaya keamanan jangka panjang. Dia tidak setuju
mengizinkan masuknya uang Qatar ke Gaza.
"(Tapi) saya harus memberi izin begitu perdana menteri mengumumkannya," kata dia dalam konferensi pers.
Menurut
Otoritas Penyiaran Israel, menjelang konfrensi pers itu Lieberman
menyampaikan pengunduran diri dalam pertemuan tutup dengan anggota
Partai Yisrael Beiteinu. Dia menganggap kesepakatan gencatan senjata
dengan Hamas berarti menyerah pada aksi teror.
"Tidak ada interpretasi lain," ujar Lieberman.
Sumber
yang dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
mengungkapkan, pengunduran diri Lieberman ini bisa menyebabkan parlemen
Israel atau Knesset bubar.
Kelompok perlawanan
Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam, sebelumnya melakukan serangan
roket dan melukai tentara Israel. Serangan ini bentuk pembalasan karena
anggotanya hilang dan syahid pada hari Ahad lalu. Atas insiden itu,
Israel membalasnya dengan serangan udara.
Hingga pada Senin
(12/11) waktu setempat, tujuh orang Palestina tewas dan 25 lainnya
terluka. Sementara itu, roket yang ditembakkan oleh kelompok perlawanan
Palestina di Gaza menewaskan seorang perwira Israel dan melukai 50
lainnya.
Kelompok Hamas mengumumkan gencatan senjata dengan
Israel pada Selasa (13/11) waktu setempat, dengan mediasi Mesir.
Gencatan senjata tercapai menyusul naiknya eskalasi ketegangan yang
terjadi di wilayah perbatasan Gaza.