New York (CB) - Pria Bangladesh, yang dituduh meledakkan
bom pada Desember di stasiun kereta bawah tanah kota New York atas nama
IS, pada Selasa dinyatakan bersalah dalam enam dakwaan.
Dakwaan terhadapnya termasuk penggunaan senjata pemusnah massal dan dukungan kepada organisasi teroris, kata jaksa federal.
Putusan atas pria tersebut, Akayed Ullah, dikeluarkan setelah juri bersidang satu pekan di pengadilan federal Manhattan.
Ullah, 28, terancam mendapat hukuman penjara seumur hidup.
Pengacara Ullah menolak menanggapi putusan tersebut. Mereka tidak mempertentangkan dakwaan pengeboman, tapi mengatakan motif Ullah adalah mengakhiri hidupnya. Menurut mereka, Ullah tidak berniat mendukung IS kendati ia pernah menyerap propaganda kelompok militan itu melalui Internet.
Ullah ditahan Desember lalu setelah meledakkan bom rakitan di sebuah lorong pejalan kaki, yang menghubungkan beberapa jalur kereta bawah tanah dengan terminal bus di Manhattan tengah.
Ledakan tidak menimbulkan korban jiwa namun pihak berwenang mengatakan tiga orang mengalami luka ringan. Stasiun kereta bawah tanah tersebut serta Terminal Bus Port Authority ditutup sementara pada pagi itu.
Jaksa federal mengatakan Ullah membuat bom dari sebuah pipa yang diambil dari lokasi pembangunan, tempat ia pernah bekerja sebagai tukang listrik, dengan menggunakan pentol korek dan gula sebagai peledak dan sekrup sebagai pecahan peluru. Mereka mengatakan Ullah terinspirasi propaganda ISIS, yang menyeru para pendukungnya untuk melakukan serangan-serangan "independen".
Sebelum serangan itu, kata tim jaksa, Ullah menulis di Facebook, "Trump kau gagal melindungi negaramu," diikuti dengan pesan dalam bahasa Arab yang berisi pernyataan dukungan bagi IS.
Ullah sebelumnya tinggal bersama ibu, saudara perempuan dan dua saudara laki-laki di Brooklyn. Ia memiliki kartu penduduk tetap Amerika Serikat.
Pada saat Ullah melakukan serangan, istrinya tinggal di Bangladesh. Pasangan tersebut memiliki seorang bayi laki-laki berusia enam bulan.
Istri Ullah mengatakan kepada penyelidik Bangladesh bahwa sebelum pindah ke Amerika Serikat, Ullah tidak menjalankan ibadah secara teratur. Pihak berwenang juga mengatakan Ullah tidak memiliki catatan kejahatan di negara asalnya.
Dakwaan terhadapnya termasuk penggunaan senjata pemusnah massal dan dukungan kepada organisasi teroris, kata jaksa federal.
Putusan atas pria tersebut, Akayed Ullah, dikeluarkan setelah juri bersidang satu pekan di pengadilan federal Manhattan.
Ullah, 28, terancam mendapat hukuman penjara seumur hidup.
Pengacara Ullah menolak menanggapi putusan tersebut. Mereka tidak mempertentangkan dakwaan pengeboman, tapi mengatakan motif Ullah adalah mengakhiri hidupnya. Menurut mereka, Ullah tidak berniat mendukung IS kendati ia pernah menyerap propaganda kelompok militan itu melalui Internet.
Ullah ditahan Desember lalu setelah meledakkan bom rakitan di sebuah lorong pejalan kaki, yang menghubungkan beberapa jalur kereta bawah tanah dengan terminal bus di Manhattan tengah.
Ledakan tidak menimbulkan korban jiwa namun pihak berwenang mengatakan tiga orang mengalami luka ringan. Stasiun kereta bawah tanah tersebut serta Terminal Bus Port Authority ditutup sementara pada pagi itu.
Jaksa federal mengatakan Ullah membuat bom dari sebuah pipa yang diambil dari lokasi pembangunan, tempat ia pernah bekerja sebagai tukang listrik, dengan menggunakan pentol korek dan gula sebagai peledak dan sekrup sebagai pecahan peluru. Mereka mengatakan Ullah terinspirasi propaganda ISIS, yang menyeru para pendukungnya untuk melakukan serangan-serangan "independen".
Sebelum serangan itu, kata tim jaksa, Ullah menulis di Facebook, "Trump kau gagal melindungi negaramu," diikuti dengan pesan dalam bahasa Arab yang berisi pernyataan dukungan bagi IS.
Ullah sebelumnya tinggal bersama ibu, saudara perempuan dan dua saudara laki-laki di Brooklyn. Ia memiliki kartu penduduk tetap Amerika Serikat.
Pada saat Ullah melakukan serangan, istrinya tinggal di Bangladesh. Pasangan tersebut memiliki seorang bayi laki-laki berusia enam bulan.
Istri Ullah mengatakan kepada penyelidik Bangladesh bahwa sebelum pindah ke Amerika Serikat, Ullah tidak menjalankan ibadah secara teratur. Pihak berwenang juga mengatakan Ullah tidak memiliki catatan kejahatan di negara asalnya.
Credit antaranews.com