WASHINGTON
- Orang tua dari korban pesawat Lion Air JT 610, Rio Nanda Putrama,
mengajukan gugatan terhadap Boeing atas dugaan desain tidak aman dari
pesawat Boeing 737 Max 8. Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan
Tanjung Karawang bulan lalu dan menewaskan selurug 189 penumpang.
Menurut pengacara keluarga, Putrama terbang ke Pangkal Pinang untuk
menikah.
Gugatan itu diajukan pada Kamis di Pengadilan Sirkuit Cook County, Illinois, lokasi di mana Boeing berkantor pusat. Gugatan tersebut difokuskan pada fitur keamanan baru yang dapat menyebabkan pesawat 737 Max 8 "auto-dive" dalam situasi tertentu.
Gugatan tersebut menuding ini adalah perubahan dari desain Boeing 737 sebelumnya dan perusahaan gagal menginformasikan perubahan tersebut.
"Tidak ada waktu yang relevan sebelum kecelakaan apakah Boeing secara memadai memperingatkan Lion Air atau pilotnya mengenai kondisi tidak aman yang disebabkan oleh desain 'auto-diving' baru," bunyi gugatan itu seperti dikutip dari CNN, Jumat (16/11/2018).
Ini adalah permasalahan terbaru yang menimpa Boeing. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah menghadapi tekanan pasca terjadinya kecelakaan tersebut.
Pada hari Rabu, seorang pejabat top Lion Air bergabung dengan kelompok pilot Amerika Serikat (AS) yang menuduh perusahaan itu gagal memperingatkan pilot tentang potensi bahaya dari fitur keamanan baru yang terlibat dalam kecelakaan itu.
Direktur Operasional Lion Air, Zwingli Silalahi mengatakan, panduan manual tersebut tidak memberi tahu pilot bahwa dalam situasi tertentu, stall-prevention system pesawat dapat secara otomatis memicu respons, seperti menurunkan hidung pesawat, untuk mencegah atau keluar dari sebuah kondisi stall.
"Kami tidak memiliki itu di manual Boeing 737 MAX 8. Itulah mengapa kami tidak memiliki pelatihan khusus untuk situasi khusus itu," kata Zwingli.
Penyelidik sedang memeriksa apakah sebuah sensor di luar pesawat mengirimkan data yang salah yang dapat memicu stall-prevention system.
Klaim maskapai itu muncul setelah Boeing dituduh oleh Asosiasi Pilot American Airlines, APA, merahasiakan informasi tentang potensi bahaya fitur baru pesawat itu. Pada hari Kamis, American Airlines mendukung klaim pilot mereka.
Lion Air JT 610 jatuh tak lama setelah lepas landas dari ibukota Indonesia Jakarta pada 29 Oktober. Penyidik yakin pesawat MAX 8 mungkin telah mengalami masalah dengan beberapa sensor.
Boeing mengatakan pekan lalu bahwa buletin keamanan yang dikeluarkan untuk operator pesawat yang disebarkan pasca kecelakaan itu hanya dimaksudkan untuk memperkuat prosedur yang ada. Baik Lion Air dan APA menolak pernyataan perusahaan.
"Mereka (Boeing) tidak memberikan kami semua info yang kami andalkan ketika kami menerbangkan pesawat," kata Kapten Dennis Tajer, juru bicara grup APA, kepada CNN pada hari Selasa.
"Buletin ini tidak menegaskan kembali, buletin itu mencerahkan dan menambahkan info baru," imbuhnya.APA mengatakan sementara tidak ada masalah keamanan segera tentang MAX 8 pesawat. "Fakta bahwa ini belum diberitahu kepada kami sebelum seruan dipertanyakan info apa yang harus pilot ketahui tentang pesawat ini," kata APA.
Zwingli menambahkan bahwa buletin keamanan Boeing tidak menyarankan pelatihan tambahan untuk pilot yang mengoperasikan pesawat itu.
Gugatan itu diajukan pada Kamis di Pengadilan Sirkuit Cook County, Illinois, lokasi di mana Boeing berkantor pusat. Gugatan tersebut difokuskan pada fitur keamanan baru yang dapat menyebabkan pesawat 737 Max 8 "auto-dive" dalam situasi tertentu.
Gugatan tersebut menuding ini adalah perubahan dari desain Boeing 737 sebelumnya dan perusahaan gagal menginformasikan perubahan tersebut.
"Tidak ada waktu yang relevan sebelum kecelakaan apakah Boeing secara memadai memperingatkan Lion Air atau pilotnya mengenai kondisi tidak aman yang disebabkan oleh desain 'auto-diving' baru," bunyi gugatan itu seperti dikutip dari CNN, Jumat (16/11/2018).
Ini adalah permasalahan terbaru yang menimpa Boeing. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah menghadapi tekanan pasca terjadinya kecelakaan tersebut.
Pada hari Rabu, seorang pejabat top Lion Air bergabung dengan kelompok pilot Amerika Serikat (AS) yang menuduh perusahaan itu gagal memperingatkan pilot tentang potensi bahaya dari fitur keamanan baru yang terlibat dalam kecelakaan itu.
Direktur Operasional Lion Air, Zwingli Silalahi mengatakan, panduan manual tersebut tidak memberi tahu pilot bahwa dalam situasi tertentu, stall-prevention system pesawat dapat secara otomatis memicu respons, seperti menurunkan hidung pesawat, untuk mencegah atau keluar dari sebuah kondisi stall.
"Kami tidak memiliki itu di manual Boeing 737 MAX 8. Itulah mengapa kami tidak memiliki pelatihan khusus untuk situasi khusus itu," kata Zwingli.
Penyelidik sedang memeriksa apakah sebuah sensor di luar pesawat mengirimkan data yang salah yang dapat memicu stall-prevention system.
Klaim maskapai itu muncul setelah Boeing dituduh oleh Asosiasi Pilot American Airlines, APA, merahasiakan informasi tentang potensi bahaya fitur baru pesawat itu. Pada hari Kamis, American Airlines mendukung klaim pilot mereka.
Lion Air JT 610 jatuh tak lama setelah lepas landas dari ibukota Indonesia Jakarta pada 29 Oktober. Penyidik yakin pesawat MAX 8 mungkin telah mengalami masalah dengan beberapa sensor.
Boeing mengatakan pekan lalu bahwa buletin keamanan yang dikeluarkan untuk operator pesawat yang disebarkan pasca kecelakaan itu hanya dimaksudkan untuk memperkuat prosedur yang ada. Baik Lion Air dan APA menolak pernyataan perusahaan.
"Mereka (Boeing) tidak memberikan kami semua info yang kami andalkan ketika kami menerbangkan pesawat," kata Kapten Dennis Tajer, juru bicara grup APA, kepada CNN pada hari Selasa.
"Buletin ini tidak menegaskan kembali, buletin itu mencerahkan dan menambahkan info baru," imbuhnya.APA mengatakan sementara tidak ada masalah keamanan segera tentang MAX 8 pesawat. "Fakta bahwa ini belum diberitahu kepada kami sebelum seruan dipertanyakan info apa yang harus pilot ketahui tentang pesawat ini," kata APA.
Zwingli menambahkan bahwa buletin keamanan Boeing tidak menyarankan pelatihan tambahan untuk pilot yang mengoperasikan pesawat itu.
"Kami tidak menerima informasi apa pun dari Boeing atau dari regulator tentang pelatihan tambahan untuk pilot kami," katanya.Zwingli mengatakan bahwa jika hasil investigasi yang sedang berlangsung - yang dilakukan oleh Komisi Transportasi Nasional Indonesia, Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan Boeing - menemukan bahwa pelatihan tambahan diperlukan, pilot Lion Air akan melakukannya.
Pada hari Rabu, juru bicara Boeing mengatakan dalam email bahwa perusahaan tidak dapat mendiskusikan secara spesifik penyelidikan yang sedang berlangsung.
"Perusahaan telah memberikan dua pembaruan untuk operator kami di seluruh dunia yang menekankan kembali prosedur yang ada untuk situasi ini," kata juru bicara Boeing.
"Kami yakin akan (fitur) keselamatan dari 737 MAX. Keselamatan tetap menjadi prioritas utama kami dan merupakan nilai inti bagi semua orang di Boeing," tegas juru bicara itu.
Kepala Direktorat Kelaikan Udara dan Operasi Pesawat Udara (DOAAO) di Kementerian Transportasi Indonesia mengatakan kepada CNN pada hari Rabu bahwa badan itu sedang dalam proses diskusi intensif tentang pelatihan tambahan untuk pilot yang menerbangkan pesawat MAX 8, tetapi tidak merinci apa saja yang akan melibatkan pelatihan tambahan.
Credit sindonews.com