Jakarta
(CB) - Seperti tidak pernah lelah mencari perhatian dunia,
Korea Utara terus mengembangkan dan meluncurkan roket dan peluru
kendalinya. Sebagian dikatakan untuk keperluan damai dan ilmu
pengetahuan, dan sebagian lagi —tidak bisa disangkal— untuk keperluan
militernya.
Dulu sempat ada pemeo di-stigmatisasi-kan pada Korea Utara: weapons for food, saat negara di utara Semenanjung Korea itu diembargo PBB, saat Kim Jong-il berkuasa.
Yang
paling mutakhir dan paling baru adalah peluncuran peluru kendali jarak
pendeknya, pada Kamis lalu, yang mampu terbang sejauh 500 km sampai
akhirnya jatuh di laut.
Sejurus
kemudian, Kim Jong-un —pemimpin Korea Utara— memerintahkan pembekuan
semua kerja sama ekonomi dan likuidasi aset Korea Selatan di negara
itu. Ketegangan di kawasan yang secara teknis dalam status perang itu
meningkat lagi.
Apa saja
daftar roket dan peluru kendali Korea Utara itu? Berikut daftarnya
sebagaimana disarikan dari berbagai sumber internasional terpercaya.
1. Roket Unha-3, yang punya nama lain Taepodong-3 alias Kwangmyongsong.
Hadir dengan tiga varian pokok. Dia diklasifikasikan sebagai “wahana
peluncur antariksa”, roket tiga tingkat, dengan panjang 30 meter,
diameter 2,4 meter, 1,5 meter, dan 1,25 meter. Unha-3 mampu menggotong beban antara 100-1.000 kg, dengan jarak jangkau lebih dari 10.000 km.
Ini
artinya, dia mampu melibas Beijing, semua Indonesia hingga Darwin,
Australia, juga Moskow dan Guam dan Alaska, Amerika Serikat, jika
diluncurkan dari Pyongyang.
2. Unha-2 alias Taepodong-2 atau Paektusan-2, alias Moksong-2,
di kelas roket balistik, dengan panjang 29 meter, yang juga hadir dalam
tiga varian pokok. Dengan tiga kelas diameter (2,4 meter, 1,25 meter,
dan 0,88 meter), dia mampu menerbangkan beban antara 100-500 kg pada
jarak antara 6.000-9.000 kilometer.
Juga diklasifikasikan sebagai “wahana peluncur antariksa”, yang dicurigai juga menjadi peluru kendali antar benua (ICBM/Inter-continental Balisstic Missile).
3. Taepodong-1 alias Paektusan dan Moksong.
Termasuk roket balistik, dengan jarak tempuh “pendek” yaitu 2.000-2.900
km (Jakarta-Atambua), dan mampu membawa beban antara 100-200 kg. Sama
dengan semua roket yang dikembangkan Korea Utara, Taepodong-1 juga bisa menggotong bom nuklir, biologis, kimia, dan konvensional.
4. Musudan alias Nodong-B, BM-25, Mirim, dan Taepodong-X.
Juga di kelas roket balistik, dengan panjang antara 12-19 meter, dan
garis tengah antara 1,5 meter-2,0 meter. Daya muatnya 1.200 kg dengan
jangkauan 2.500 km-3.500 km, dan statusnya hingga 2015 “masih dalam
tahap pengembangan”.
5. Nodong alias Rodong,
yang termasuk roket balistik, dengan panjang 15,5 meter-16,0 meter, dan
garis tengah 1,25 meter-1,3 meter, berdaya muat 250 kg-700 kg, dan
jarak tempuh 1,300 km-1,500 km. Yang menarik, Nodong dikategorikan Pyongyang sebagai “komoditas ekspor”.
6. KN-02 alias SS-21 Scarab alias 9K79 Tochka,
yang masuk dalam kategori roket balistik. Dia cukup mungil dibanding
yang lain-lain, yaitu hanya 6,4 meter panjang dan 0,65 meter garis
tengah. Dia juga tidak mampu membawa banyak beban, hanya 250 kg-500 kg,
dan jangkauannya 100 km-200 km saja.
Kalau
dimodifikasi, menurut sumber, dia bisa menjadi peluru kendali
pertahanan anti peluru kendali walau pengembangan ke sana masih sangat
panjang dan rumit.
7.KN-11 alias Bukgeuksong-1 alias Polaris-1. Dia yang paling mungil, hanya sembilan meter saja panjangnya.
Laman
www.nti.org menyatakan data kapasitas dan jarak tempuh masih rahasia
dan masih dalam tahap pengembangan. Beda ketimbang yang lain-lain, dia
satu-satunya peluru kendali Korea Utara yang bisa diluncurkan dari dalam
silo kapal selam (SLBM/Submarine-launched Balisstic Missile).
8. Hwasong-5 dan Hwasong-6, yang masuk dalam kelas menengah.
Semua
roket dan peluru kendali itu melengkapi daftar percobaan peluncuran yang
dikomandoi Pyongyang, sejak masa kepemimpinan Kim Joung-il.
Bermula pada 1993, Nodong
dinyatakan sukses meluncur, lalu lama tidak terdengar kabar soal proyek
roket Korea Utara sampai pada 2006 terjadi peluncuran roket Taepodong-2 yang gagal.
Pada
1999, Korea Utara dipaksa membekukan pengujian peluru kendali dan roket
jarak jauhnya, hingga perpanjangan moratorium itu terjadi lagi pada
2002. 2004 menjadi catatan tersendiri saat Korea Utara menyetujui
moratorium itu.
Namun
tiba-tiba Pyongyang meluncurkan peluru kendali jarak pendek ke
perbatasan wilayah Jepang pada 2005, dilanjutkan uji luncur untuk Taepodong-2.
Kembali
Pyongyang meluncurkan peluru kendali jarak pendek ke Laut Jepang pada
2007 dan berlanjut terus hingga krisis melanda Korea Utara pada 2013.
Sampai tiga tahun kemudian, “kebiasaan” Korea Utara itu terus terjadi.
Credit ANTARA News