Presiden Kuba Raul Castro (Foto: Reuters)
CB, Havana: Presiden Amerika
Serikat (AS) Barack OBama menyebut Venezuela sebagai ancaman bagi
keamanan AS. Sanksi pun diterapkan oleh AS kepada Venezuela yang
kemudian menuai kecaman dari Kuba.
Menurut pihak Gedung Putih, sanksi baru kepada Venezuela tidak
diarahkan kepada rakyat dan perdagangan dengan negara tersebut. Sanksi
itu justru diarahkan kepada pejabat pemerintah, yang dianggap telah
melanggar HAM.
"Setiap pejabat Venezuela yang melanggar HAM dan melakukan korupsi
di masa lalu dan sekarang, tidak akan diperbolehkan masuk ke AS. Kami
kini memiliki alat untuk memblokir aset mereka," ujar Juru Bicara Gedung
Putih Josh Earnest, seperti dikutip Associated Press, Rabu (11/3/2015).
Kuba pun meradang dengan sikap AS ini. Sudah lama dikenal bahwa Kuba adalah sekutu terdekat Venezuela.
Menurut VOA Indonesia, kecaman Havana atas sanksi AS terhadap
Venezuela ini merupakan perselisihan terbuka pertama antara AS dan Kuba
sejak kedua negara mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik pada
Desember lalu.
Dalam pernyataan resmi yang dilansir surat kabar pemerintah Granma,
Kuba menyebut perintah eksekutif Presiden Obama "sewenang-wenang dan
agresif".
Perintah yang diumumkan Senin (9/3/2015) itu menargetkan kepada
tujuh pejabat senior Venezuela yang disebut AS melanggar hak asasi dan
terlibat dalam tindak korupsi. Mereka antara lain adalah kepala dinas
intelijen Venezuela dan direktur kepolisian nasional.
Pemerintah Kuba menegaskan kembali dukungan tanpa syaratnya bagi
Venezuela. Kedua negara ini telah lama menjadi sekutu terdekat satu sama
lain.
“Tak seorang pun punya hak untuk mencampuri urusan dalam negeri
suatu negara berdaulat atau untuk menyatakan, tanpa dasar, suatu negara
sebagai ancaman terhadap keamanan nasional," pernyataan keras Kuba.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro juga mengecam perintah eksekutif
tersebut. Maduro menegaskan bahwa hal itu tidak adil dan berbahaya.
Credit Metrotvnews.com