Rabu, 11 Maret 2015
Kisah Prabowo Tentang Jenderal TNI yang Diejek karena Miskin
Prabowo Subianto diwawancarai di Hambalang (Herianto/detikcom)
Jakarta (CB) - Saat bersilaturahmi dengan seratusan pendekar silat di kediamannya, Prabowo bercerita banyak hal. Salah satunya soal jenderal TNI yang diejek karena miskin setelah pensiun. Seperti apa kisahnya?
"Saya pernah dengar berapa tahun lalu ada yang mengejek jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang pensiun, begitu pensiun dia tidak punya rumah pribadi," kata Prabowo di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2015).
"Ada yang mengejek dan mengatakan kalau seorang jenderal pensiun tidak punya rumah pribadi berarti; satu, dia bohong, pura-pura nggak punya rumah. Kedua, dia bodoh," sambung mantan Danjen Kopassus itu.
Dijelaskan Prabowo, dirinya kenal banyak sekali jenderal-jenderal, para pejuang, pemimpin di daerah pertempuran yang ketika pensiun tidak punya apa-apa. "Saya benar-benar saksi. Bisa saya sebut satu-satu namanya," imbuh Prabowo.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) ini, mengejek jenderal TNI yang tak punya harta di akhir karier adalah hal yang tidak pantas.
"Anda bayangkan, orang yang di ujung pensiunnya tidak punya harta diejek. Bukankah kita harusnya kagum dengan seorang seperti itu? Berkuasa, menjabat, diujungnya tidak punya apa apa," ucap Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Prabowo kemudian bercerita tentang sosok panglima perang Islam yang kesohor Salahuddin Al-Ayyubi. Sosok yang berjaya dalam peristiwa Perang Salib itu begitu dikagumi, dihormati, berkuasa atas kerajaan-kerajaan Islam, dan disegani lawan
"Begitu (Salahuddin) meninggal, semua pemimpin pada waktu itu kaget. Waktu Salahuddin meninggal, dia tidak ada meninggalkan harta apa pun. Ajaran semacam ini saya kira penting di hari-hari seperti hari sekarang," ucap Prabowo.
Prabowo mengatakan, Indonesia tengah di uji hingga tahun-tahun ke depan. Setiap orang harus mawas diri dan juga introspeksi. Anak muda harus dididik supaya jiwa dan raganya kuat membela dan mempertahankan ajaran yang baik, dan meninggalkan ajaran buruk seperti korupsi.
"Sekarang muncul budaya di zaman kita sehari-hari, di mana kita saling sulit percaya, sulit menerima bahwa yang disampaikan para pemimpin itu benar. Banyak saya temukan sekarang di mana-mana berjenjang saling bohong, saling menipu, saling mengerjai satu sama lain. Bukannya kebenaran dan keadilan ditegakkan, tapi kekuasaan yang hendak dimanfaatkan," imbuh Prabowo.
"Sekarang pilihannya adalah, kalau semua lingkungan kita berbondong-bondong melakukan kebohongan, korupsi, ketidakjujuran, apakah salah kalau kita ingin berada di jalan lurus, di jalan benar? Itu tantangannya. Kita adalah pendekar, sejak kecil kita dengan keyakinan, bahwa di ujungnya yang benar akan diridoi Allah," sambung Prabowo yang hobi berkuda ini.
Credit Detiknews