Ilustrasi (JIBI/dok)
Kurs rupiah membuat harga bahan baku impor naik. Namun dalam pembuatan kapal pesanan Filipina, PT PAL tak terpengaruh.
CB, MALANG — Pengerjaan dua unit kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV-123 meter) pesanan Filipina senilai US$90 juta dipastikan jalan terus dan tidak terpengaruh oleh anjloknya kurs rupiah terhadap dolar AS.
Direktur Utama (Dirut) PT PAL Indonesia (Persero), M. Firmansyah
Arifin, mengatakan produksi dua kapal tersebut diprediksikan akan
selesai sesuai jadwal, yakni selesai pada awal 2017 mendatang.
“Karena saat dilakukan kontrak sudah menyesuaikan dengan kurs dolar AS, utamanya untuk kebutuhan bahan baku baja dari supplier. Sehingga kendati dolar AS naik, namun tidak ada masalah dengan kelanjutan proses produksi,” kata Firmansyah seusai penyerahan beasiswa kepada 15 mahasiswa di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikam Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (21/3/2015).
Proses produksi untuk dua kapal SSV-123 meter tersebut saat ini sudah memasuki tahap pembuatan rangka. Dari dua kapal tersebut masing-masing pengerjaannya sudah mencapai sekitar 40% dan 20%.
Selain Filipina, negara di Asia Tengah juga menyatakan ketertarikannya akan produksi kapal perang dari PT PAL. Hanya saja sejauh ini Firmansyah belum berani menyebut negara yang dimaksud karena sedang dalam proses negoisasi. “Tidak hanya Filipina saja yang tertarik untuk memesan kapal dari kami, namun juga ada negara di Asia Tengah,” jelas dia.
Kapal perang itu memiliki ukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter serta mampu menempuh jarak 9.630 mil laut dan melaju selama 30 hari dengan kecepatan maksimal mencapai 16 knot ditopang mesin berkapasitas 2x 2.920 kW. Kapal tipe pengangkut tersebut memiliki kapasitas 10.300 ton dengan draft 6 meter. Kapal ini mampu mengangkut sebanyak empat tank, empat truk, satu mobile hospital, dua jeep, dan dua heli.
Selain memproduksi kapal perang untuk Filipina, PT PAL saat ini juga menggandeng Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda untuk membuat dua kapal jenis Perusak Kawal Rudal 105 meter (PKR-10514). Kapal senilai US$220 juta tersebut untuk memenuhi kebutuhan Alutsista TNI Angkatan Laut (AL) RI. Keberadaan kapal tersebut diproyeksi untuk memperkuat patroli dan perang dalam menjaga perairan RI.
“Kerjasama dengan Damen ini sudah on the track karena Damen merupakan industri ternama pembuatan kapal di Eropa yang berpusat di Belanda,” ujarnya.
PKR merupakan kapal canggih yang memiliki kemampuan di bawah air, di permukaan dan di atas air. Diharapkan pengerjaan dua kapal tersebut juga selesai pada 2017 mendatang. Sejak 1980 lanjut dia PT PAL Indonesia telah menyelesaikan lebih dari 240 unit kapal berbagai jenis dan ukuran, baik kapal perang maupun niaga. Untuk kapal niaga, PT PAL telah membangun kapal hingga ukuran 50.000 DWT.
“Sedangkan untuk kapal jenis frigate yakni PKR-105 PAL bekerjasama dengan Damen yang telah berpengalaman dalam membangun Kapal Patroli Cepat [FBP mulai 14 meter hingga 60 meter]. Jenis lain yang telah dibangun adalah Kapal Landing Platform Dock [LPD-125 meter],” tambah dia.
CB, MALANG — Pengerjaan dua unit kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV-123 meter) pesanan Filipina senilai US$90 juta dipastikan jalan terus dan tidak terpengaruh oleh anjloknya kurs rupiah terhadap dolar AS.
“Karena saat dilakukan kontrak sudah menyesuaikan dengan kurs dolar AS, utamanya untuk kebutuhan bahan baku baja dari supplier. Sehingga kendati dolar AS naik, namun tidak ada masalah dengan kelanjutan proses produksi,” kata Firmansyah seusai penyerahan beasiswa kepada 15 mahasiswa di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikam Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (21/3/2015).
Proses produksi untuk dua kapal SSV-123 meter tersebut saat ini sudah memasuki tahap pembuatan rangka. Dari dua kapal tersebut masing-masing pengerjaannya sudah mencapai sekitar 40% dan 20%.
Selain Filipina, negara di Asia Tengah juga menyatakan ketertarikannya akan produksi kapal perang dari PT PAL. Hanya saja sejauh ini Firmansyah belum berani menyebut negara yang dimaksud karena sedang dalam proses negoisasi. “Tidak hanya Filipina saja yang tertarik untuk memesan kapal dari kami, namun juga ada negara di Asia Tengah,” jelas dia.
Kapal perang itu memiliki ukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter serta mampu menempuh jarak 9.630 mil laut dan melaju selama 30 hari dengan kecepatan maksimal mencapai 16 knot ditopang mesin berkapasitas 2x 2.920 kW. Kapal tipe pengangkut tersebut memiliki kapasitas 10.300 ton dengan draft 6 meter. Kapal ini mampu mengangkut sebanyak empat tank, empat truk, satu mobile hospital, dua jeep, dan dua heli.
Selain memproduksi kapal perang untuk Filipina, PT PAL saat ini juga menggandeng Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda untuk membuat dua kapal jenis Perusak Kawal Rudal 105 meter (PKR-10514). Kapal senilai US$220 juta tersebut untuk memenuhi kebutuhan Alutsista TNI Angkatan Laut (AL) RI. Keberadaan kapal tersebut diproyeksi untuk memperkuat patroli dan perang dalam menjaga perairan RI.
“Kerjasama dengan Damen ini sudah on the track karena Damen merupakan industri ternama pembuatan kapal di Eropa yang berpusat di Belanda,” ujarnya.
PKR merupakan kapal canggih yang memiliki kemampuan di bawah air, di permukaan dan di atas air. Diharapkan pengerjaan dua kapal tersebut juga selesai pada 2017 mendatang. Sejak 1980 lanjut dia PT PAL Indonesia telah menyelesaikan lebih dari 240 unit kapal berbagai jenis dan ukuran, baik kapal perang maupun niaga. Untuk kapal niaga, PT PAL telah membangun kapal hingga ukuran 50.000 DWT.
“Sedangkan untuk kapal jenis frigate yakni PKR-105 PAL bekerjasama dengan Damen yang telah berpengalaman dalam membangun Kapal Patroli Cepat [FBP mulai 14 meter hingga 60 meter]. Jenis lain yang telah dibangun adalah Kapal Landing Platform Dock [LPD-125 meter],” tambah dia.
Credit Solopos.com