Struktur bangunan berusia sekitar 5.200 SM.
(ANTARA/OJT/Zabur Karuru)
CB - Penelitian bertahun-tahun telah dilakukan di Gunung Padang. Situs ini
diyakini memiliki usia yang lebih tua dibanding Machu Picchu di Peru.
Situs Gunung Padang telah dicatat oleh N.J. Krom sejak 1914. Penelitian mulai dilakukan oleh berbagai instansi sejak 1979, misalnya oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Bandung. Dan kemudian, pada 1998, pemerintah menetapkan situs ini sebagai benda cagar budaya.
"Dari hasil penelusuran kami, Situs Gunung Padang lebih tua 2000 tahun dari Situs Machu Pichu di Peru. Penemuan penting kedua, ditemukan struktur bangunan berusia sekitar 5.200 SM, dia ada di bawah," kata pengajar Departemen Arkeologi FIB UI, Dr. Ali Akbar saat menjadi pembicara dalam seminar, Selasa 2 Desember 2014.
Status itu menunjukan bahwa situs ini penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya. Pada tahun-tahun berikutnya, sejumlah instansi maupun perorangan terus melakukan penelitian di situs ini. Masyarakat pun dapat berkunjung ke sana sebagai wisatawan.
Dia juga menjelaskan, selain ada struktur, juga ditemukan sisa bekas pembakaran logam, limbahnya.
"Ditemukan koin pada kedalaman 11 meter. Ini koin tahun 1855, ada tulisan Arab. Tapi, bagaimana bisa ada koin tahun 1855 pada kedalaman 11 meter?. Intinya ada bagian-bagian dari situs yang sudah terbongkar," ujarnya.
Di sini juga ditemukan ada semen purba, atau adonan perekat. Ada rolling stone, dan ada semacam kujang. Itu batu alami, tiga sisi di kedalaman dua meter.
"Kalau dilihat dari utara, dia seperti segitiga. Penelitian itu sudah ada dari tahun 1973, di belakang perbukitan, ada sungai. Ada tangga naik di utara, ada teras 1-5," kata dia.
Situs Gunung Padang telah dicatat oleh N.J. Krom sejak 1914. Penelitian mulai dilakukan oleh berbagai instansi sejak 1979, misalnya oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Bandung. Dan kemudian, pada 1998, pemerintah menetapkan situs ini sebagai benda cagar budaya.
"Dari hasil penelusuran kami, Situs Gunung Padang lebih tua 2000 tahun dari Situs Machu Pichu di Peru. Penemuan penting kedua, ditemukan struktur bangunan berusia sekitar 5.200 SM, dia ada di bawah," kata pengajar Departemen Arkeologi FIB UI, Dr. Ali Akbar saat menjadi pembicara dalam seminar, Selasa 2 Desember 2014.
Status itu menunjukan bahwa situs ini penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya. Pada tahun-tahun berikutnya, sejumlah instansi maupun perorangan terus melakukan penelitian di situs ini. Masyarakat pun dapat berkunjung ke sana sebagai wisatawan.
Dia juga menjelaskan, selain ada struktur, juga ditemukan sisa bekas pembakaran logam, limbahnya.
"Ditemukan koin pada kedalaman 11 meter. Ini koin tahun 1855, ada tulisan Arab. Tapi, bagaimana bisa ada koin tahun 1855 pada kedalaman 11 meter?. Intinya ada bagian-bagian dari situs yang sudah terbongkar," ujarnya.
Di sini juga ditemukan ada semen purba, atau adonan perekat. Ada rolling stone, dan ada semacam kujang. Itu batu alami, tiga sisi di kedalaman dua meter.
"Kalau dilihat dari utara, dia seperti segitiga. Penelitian itu sudah ada dari tahun 1973, di belakang perbukitan, ada sungai. Ada tangga naik di utara, ada teras 1-5," kata dia.
"Sudah dicatat sejak
1891. Yang ke sana itu Corte. Sudah dicatat, tapi belum banyak
pengetahuan yang diperoleh. Permasalahan penelitian ini, belum pernah
ada uji pertanggalan absolut di sini," ujarnya.
Metodenya, lanjut Ali, ketika arkeolog melakukan ekskavasi, dia melakukan pertimbangan, lalu melakukan pengupasan atau penggalian. Sebelumnya, dia harus mencari data yang banyak. Jadi, pengumpulan data pra ekskavasi dan setelah ekskavasi.
Metodenya, lanjut Ali, ketika arkeolog melakukan ekskavasi, dia melakukan pertimbangan, lalu melakukan pengupasan atau penggalian. Sebelumnya, dia harus mencari data yang banyak. Jadi, pengumpulan data pra ekskavasi dan setelah ekskavasi.
Penafsiran data menggunakan konsep dan teori geologi, arsitektur, geografi, teknik sipil, fitologi, astronomi, dan lain-lain.
"Kami lakukan survei sampai 2 km. Kami punya sampel batu-batu yang ada di bawah. Penemuan penting pertama, ditemukan struktur bangunan di luar teras," tuturnya.
"Kami lakukan survei sampai 2 km. Kami punya sampel batu-batu yang ada di bawah. Penemuan penting pertama, ditemukan struktur bangunan di luar teras," tuturnya.
Menurut dia, ada struktur
yang mengelilingi bukit. Tinggi terasering Gunung Padang lebih dari 115
m. "Saya sadar, saat melakukan riset pada 2012 harus melalui
persetujuan sampai ke tingkat menteri. Oleh karena itu, cara yang saya
lakukan adalah meminta dengan hormat tim dari Balai Pelestarian Budaya
dan Permuseuman untuk terlibat di Gunung Padang," pungkasnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Bagyo Prasetyo dari Pusat Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan, Situs Gunung Padang adalah peninggalan megalitikum.
"Megalitikum ada di seluruh Indonesia kecuali di Australia. Kami akan terus lanjut penelitian situs Gunung Padang, karena masih ada misteri-misteri lain yang belum terpecahkan," ujar Bagyo.
Lutfi Yondri dari Balai Arkeologi Bandung menambahkan bahwa Situs Gunung Padang adalah punden berundak-undak. "Berbagai penelitian yang dilakukan, dikerjakan dengan hati-hati dan terjamin keamanan serta keselamatan situs tanpa merusak situs tersebut," ucapnya.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Depok, menggelar seminar arkeologi situs Gunung Padang. Berlangsung di Gedung IX FIB UI, seminar ini secara khusus menyoroti titik-titik perbedaan sekaligus persinggungan terkait dengan berbagai isu yang selama ini sudah diketahui secara luas oleh masyarakat.
Untuk diketahui, pada 2011, tim Katastropik Purba yang diinisiasi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan riset kebencanaan di situs ini dan menyatakan terdapat kemungkinan lapisan buatan manusia (man-made) di bawah permukaan.
Selanjutnya, pada 2012, Staf Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri dan pada 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Tim Nasional Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. Hasil penelitian tim-tim ini pun menarik perhatian para pejabat negara sampai Presiden RI.
Sementara itu, di tempat yang sama, Bagyo Prasetyo dari Pusat Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan, Situs Gunung Padang adalah peninggalan megalitikum.
"Megalitikum ada di seluruh Indonesia kecuali di Australia. Kami akan terus lanjut penelitian situs Gunung Padang, karena masih ada misteri-misteri lain yang belum terpecahkan," ujar Bagyo.
Lutfi Yondri dari Balai Arkeologi Bandung menambahkan bahwa Situs Gunung Padang adalah punden berundak-undak. "Berbagai penelitian yang dilakukan, dikerjakan dengan hati-hati dan terjamin keamanan serta keselamatan situs tanpa merusak situs tersebut," ucapnya.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Depok, menggelar seminar arkeologi situs Gunung Padang. Berlangsung di Gedung IX FIB UI, seminar ini secara khusus menyoroti titik-titik perbedaan sekaligus persinggungan terkait dengan berbagai isu yang selama ini sudah diketahui secara luas oleh masyarakat.
Untuk diketahui, pada 2011, tim Katastropik Purba yang diinisiasi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan riset kebencanaan di situs ini dan menyatakan terdapat kemungkinan lapisan buatan manusia (man-made) di bawah permukaan.
Selanjutnya, pada 2012, Staf Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri dan pada 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Tim Nasional Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. Hasil penelitian tim-tim ini pun menarik perhatian para pejabat negara sampai Presiden RI.
Credit VIVAnews