Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela yang
diakui sebagai presiden interim oleh 50 negara, memperingatkan militer
agar tidak memblokade bantuan kemanusiaan. (Federico PARRA/AFP)
Guaido menyerukan peringatan ini setelah militer yang masih setia kepada rezim Presiden Nicolas Maduro melarang masuk bantuan dari Amerika Serikat di perbatasan Kolombia.
Di sejumlah perbatasan Venezuela, para dokter dari lembaga kemanusiaan juga menggelar protes agar diperbolehkan masuk ke negara yang tengah dilanda krisis itu.
"Ada orang yang bertanggung jawab atas ini semua dan rezim harus tahu itu. Ini adalah kejahatan atas kemanusiaan, wahai angkatan bersenjata," ujar Guaido sebagaimana dikutip Reuters, Minggu (10/2).
Ia juga menyebut pemblokiran akses bantuan kemanusiaan ini "hampir seperti genosida" dan militer kemungkinan bertanggung jawab atas kematian 40 demonstran dalam unjuk rasa anti-Maduro sejak 21 Januari lalu.
Di tengah unjuk rasa menolak Maduro itu lah Guaido memproklamirkan diri sebagai pemimpin interim Venezuela. Ia langsung mendapatkan dukungan dari AS dan puluhan negara lain.
Maduro yang masih memegang sumpah sebagai Presiden Venezuela pun menolak bantuan AS itu karena menganggapnya sebagai "pertunjukan politik."
Di bawah kepemimpinan Maduro, warga Venezuela harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan kebutuhan dasar di tengah hiperinflasi yang membuat gaji dan tabungan mereka tak berharga.
Guaido menganggap pemblokiran bantuan oleh Maduro hanya cara pemimpin sosialis itu untuk mengulur waktu. Ia pun menekankan tidak akan berkompromi dengan Maduro.
"Demokrasi jauh lebih dekat dari sebelumnya. Masa depan milik kita!" kata Guaido di hadapan para pendukungnya.
Credit cnnindonesia.com