TEHERAN
- Iran mengumumkan dimulainya produksi uranium hexaflouride atau UF6
pada hari Selasa (5/6/2018) dengan meningkatkan kapasitas pengayaan
uranium. Rencana Teheran ini disampaikan kepada Badan Energi Atom
Internasional (IAEA).
UF6 merupakan uranium yang dibutuhkan untuk bahan bakar reaktor nuklir. Namun, ada laporan lain yang menyebut UF6 bisa digunakan untuk bahan senjata.
Langkah terbaru dari program nuklir Teheran ini diumumkan oleh juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi.
"Dalam sebuah surat yang akan diserahkan kepada Badan Energi Atom Internasional, Iran mengumumkan proses peningkatan kapasitas (pengayaan uranium) untuk memproduksi UF6 (uranium hexafluoride) akan dimulai pada hari Selasa," kata Kamalvandi, yang dikutip ISNA.
Kamalvandi mengatakan, langkah terbaru dalam program nuklir Teheran ini dilakukan atas perintah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam pidatonya hari Senin, Khamenei mengatakan bahwa AEOI harus segera mempersiapkan untuk memulai pengayaan uranium hingga tingkat 190.000 SWU yang saat ini masih dalam kerangka JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).
SWU (separative work unit atau unit kerja pemisah) adalah ukuran standar dari upaya yang diperlukan untuk memisahkan isotop uranium selama proses pengayaan. 1 SWU sama dengan 1 kg upaya tersebut.
Sedangkan JCPOA adalah nama resmi dari kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015 yang ditandatangani Iran dan enam negara kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Namun, Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu menarik diri AS dari kesepakatan tersebut dan kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran.
Sebelumnya, AEOI memperkirakan bahwa kapasitas pengayaan uraniumnya akan mencapai 190.000 SWU pada tahun ke-15 setelah JCPOA diberlakukan. Untuk tujuan itu, Iran berencana untuk meningkatkan jumlah sentrifugal secara bertahap, yang masih dalam lingkup kesepakatan.
Berbicara kepada ISNA, Kamalvandi menekankan bahwa, dengan meningkatkan program nuklirnya, Iran tidak berusaha mengembangkan senjata nuklir. "Tujuan kami bukan untuk mencapai senjata nuklir, dan itu bertentangan dengan sikap keagamaan kami," katanya.
"Pesan dari tindakan kami adalah bahwa kami akan mempertahankan kapasitas kami untuk aktivasi pada tingkat tinggi, dan jika kami sepakat untuk membatasi sekarang, itu karena pihak-pihak lain harus mematuhi komitmen mereka," katanya.
UF6 merupakan uranium yang dibutuhkan untuk bahan bakar reaktor nuklir. Namun, ada laporan lain yang menyebut UF6 bisa digunakan untuk bahan senjata.
Langkah terbaru dari program nuklir Teheran ini diumumkan oleh juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi.
"Dalam sebuah surat yang akan diserahkan kepada Badan Energi Atom Internasional, Iran mengumumkan proses peningkatan kapasitas (pengayaan uranium) untuk memproduksi UF6 (uranium hexafluoride) akan dimulai pada hari Selasa," kata Kamalvandi, yang dikutip ISNA.
Kamalvandi mengatakan, langkah terbaru dalam program nuklir Teheran ini dilakukan atas perintah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam pidatonya hari Senin, Khamenei mengatakan bahwa AEOI harus segera mempersiapkan untuk memulai pengayaan uranium hingga tingkat 190.000 SWU yang saat ini masih dalam kerangka JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).
SWU (separative work unit atau unit kerja pemisah) adalah ukuran standar dari upaya yang diperlukan untuk memisahkan isotop uranium selama proses pengayaan. 1 SWU sama dengan 1 kg upaya tersebut.
Sedangkan JCPOA adalah nama resmi dari kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015 yang ditandatangani Iran dan enam negara kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Namun, Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu menarik diri AS dari kesepakatan tersebut dan kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran.
Sebelumnya, AEOI memperkirakan bahwa kapasitas pengayaan uraniumnya akan mencapai 190.000 SWU pada tahun ke-15 setelah JCPOA diberlakukan. Untuk tujuan itu, Iran berencana untuk meningkatkan jumlah sentrifugal secara bertahap, yang masih dalam lingkup kesepakatan.
Berbicara kepada ISNA, Kamalvandi menekankan bahwa, dengan meningkatkan program nuklirnya, Iran tidak berusaha mengembangkan senjata nuklir. "Tujuan kami bukan untuk mencapai senjata nuklir, dan itu bertentangan dengan sikap keagamaan kami," katanya.
"Pesan dari tindakan kami adalah bahwa kami akan mempertahankan kapasitas kami untuk aktivasi pada tingkat tinggi, dan jika kami sepakat untuk membatasi sekarang, itu karena pihak-pihak lain harus mematuhi komitmen mereka," katanya.
Credit sindonews.com