Selasa, 12 Juni 2018

Mahathir Berkunjung ke Jepang, Sinyal Tinggalkan Cina?


Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad berbicara dalam konferensi pers usai rapat kabinet di Putrajaya, Malaysia, Rabu 30 Mei 2018. Mahathir mengatakan pemerintah Malaysia terpaksa menghentikan pesawat MH370 yang hilang dan pencarian akan dilanjutkan jika ada bukti baru. [AP photo/Sadiq Asyraf]
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad berbicara dalam konferensi pers usai rapat kabinet di Putrajaya, Malaysia, Rabu 30 Mei 2018. Mahathir mengatakan pemerintah Malaysia terpaksa menghentikan pesawat MH370 yang hilang dan pencarian akan dilanjutkan jika ada bukti baru. [AP photo/Sadiq Asyraf]

CB, Jakarta - Mahathir Mohamad memilih Jepang sebagai negara pertama yang dikunjungi setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia. Kunjungan ini sekaligus menyiratkan Malaysia kemungkinan akan melepaskan ketergantungan pada investasi Cina.
Tiba di Jepang pada Ahad, 10 Juni 2018, Mahathir langsung bertemu investor dan menawarkan transaksi bisnis di tengah-tengah konferensi Nikkei Asia.

Kunjungan itu menandai perjalanan luar negerinya yang pertama setelah kembali berkuasa dan menunjukkan pergeseran kembali ke kebijakan "Melihat Timur".
Hal ini juga dilihat sebagai tanda langkah negara Asia Tenggara itu menjauh dari Cina, yang secara Beberapa perusahaan Cina dicurigai digunakan untuk menutupi skandal korupsi di dana negara 1Malaysia Development Berhad, 1MDB.
"Pemerintah sebelumnya mungkin melibatkan Jepang, tetapi tidak dengan antusiasme yang sama dengan Cina," kata Shahriman Lockman, seorang analis senior di Institute of Strategic and International Studies, seperti dilansir Reuters pada 10 Juni 2018.

Mahathir dalam kunjungan 3 harinya ke Jepang, dijadwalkan untuk menghadiri konferensi tahunan Nikkei Asia dan akan bertemu Perdana Menteri Shinzo Abe.
"Fakta dia memilih untuk menghadiri konferensi menyiratkan sesuatu: itu pasti akan memberikan kesempatan untuk meremajakan hubungan Malaysia-Jepang," kata Shahriman.
Indikasi lain Mahathir Mohamad mulai meninggalkan Cina, terlihat ketika menarik diri dari proyek rel kecepatan tinggi yang akan dibangun oleh perusahaan dari Beijing.





Credit  tempo.co