Selasa, 12 Juni 2018

Kim Jong-un, Misteri Sang Pemimpin Negara Terisolasi


Kim Jong-un, Misteri Sang Pemimpin Negara Terisolasi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters)



Jakarta, CB -- "Semua ini rahasia dan saya mengungkap semua rahasia itu kepada dunia. Karena itu, saya bisa dieksekusi oleh regu tembak kapan pun."

Pernyataan itu terlontar dari mulut Kenji Fujimoto ketika bercerita mengenai pengalamannya menjadi koki sushi bagi keluarga pemimpin tertinggi Korea Utara dua dekade silam, Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un.

Berani bersuara, pria Jepang ini pun langsung menjadi "buronan" berbagai media dan lembaga intelijen yang ingin mengungkap kisah hidup rezim penguasa di negara paling tertutup tersebut, termasuk mengenai sang pewaris takhta, Kim Jong-un.



Begitu misterius negara tersebut, tanggal pasti kelahiran Kim saja masih menjadi perdebatan.

Pemerintah Korut menyebut Kim lahir pada 8 Januari 1982, tapi intelijen Korea Selatan meyakini tanggal sebenarnya adalah setahun setelahnya.

Hanya satu hal pasti, Kim lahir dari rahim istri ketiga Kim Jong-il, Ko Yong-hi, yang meninggal dunia akibat kanker payudara pada 2004 lalu.

Kenji sendiri meyakini bahwa Kim dilahirkan pada 1983. Direkrut sebagai koki sekitar lima tahun setelah itu, Kenji mengaku sudah mengenal dan mengetahui karakter Kim sejak sang pewaris takhta masih berusia tujuh tahun.

Kenji ingat betul Kim pernah mencoba membuatnya terkejut saat sedang di dalam bilik toilet. Kim memang dianggap sebagai anak yang ceria sejak kecil.


Kepada Washington Post, Kenji juga mengaku pernah meminjamkan CD musik Whitney Houston saat Kim baru kembali ke Korut setelah bersekolah di Swiss pada usia 17 tahun.

Surat kabar harian Swiss, L'Hebdo, melaporkan bahwa Kim belajar di Sekolah Internasional Berne dengan nama samaran Pak Chol.

Menurut Washington Post, Kim berteman dengan sejumlah anak diplomat Amerika Serikat selama di sana. Ia pun sempat belajar bahasa Perancis dan Jerman.

L'Hebdo meberitakan bahwa saat itu, para petugas sekolah dan teman sekelas Kim, "mengira dia adalah putra dari sopir kedutaan besar."



"Teman-teman dan staf di sekolahnya mengingat dia sebagai bocah pemalu yang suka ski, Asosiasi Basket Nasional (NBA), dan memuja aktor film aksi Jean-Claude Van Damme," tulis Washington Post.

Sepulangnya ke kampung halaman, ia dilaporkan bersekolah di Universitas Kim Il-sung pada 2002 hingga 2007.

Hidup Kim berubah sekitar dua tahun kemudian, tepatnya pada 15 Januari 2009, ketika kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Kim Jong-il memilihnya menjadi pewaris takhtanya kelak.

Dua bulan kemudian, Kim dilaporkan ikut serta dalam pemilihan umum untuk mengisi posisi di parlemen Korut. Sejumlah laporan kemudian menunjukkan Kim tak ada dalam daftar anggota parlemen, tapi langsung mengisi posisi di Komisi Pertahanan Nasional.


Sejak saat itu, karier Kim langsung melesat. Ia bahkan dinobatkan menjadi ketua Partai Pekerja Korut, partai berkuasa di Korut. Ia lantas menjadi pemimpin defacto negara itu dengan gelar "Kamerad Brilian."

Sejumlah analis pun mengaku mendapatkan bukti kuat bahwa Kim sudah direstui untuk menjadi pengganti ayahnya.

"Pengunjung yang kembali ke Jepang dari negara Stalinis itu mengatakan bahwa warga Korea Utara diperintahkan menyanyikan lagu baru untuk memuji Kim Jong-un, seperti yang mereka lakukan bagi ayah dan kakeknya," bunyi laporan ABC.

Setelah berbagai manuver politik, Kim Jong-il akhirnya wafat pada 17 Desember 2011 dan menyerahkan takhtanya kepada Kim Jong-un.



Kim Jong-un dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan
Foto: SINGAPORE'S MINISTRY OF COMMUNICATIONS AND INFORMATION/via REUTERS
Kim Jong-un dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan

Pada 11 April 2012, Kim Jong-un secara formal diberi jabatan Sekretaris Pertama Partai Pekerja Korea, menggantikan posisi ayahnya yang sudah menyandang titel abadi sebagai sekretaris jenderal.

Selama menjabat, Kim juga mewarisi kebijakan yang diterapkan oleh sang ayah, mulai dari ekonomi hingga senjata nuklir. Ia bertekad terus mengembangkan program senjata itu sebagai pertahanan diri dari provokasi AS dan Korsel.

Meski terus bersikap keras dengan meluncurkan rudal dan menguji coba bom nuklir sepanjang 2017, Kim melunak pada awal tahun ini.

Pertengahan tahun ini, sejarah tertoreh ketika Kim akhirnya bertemu dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in. Dengan pertemuan itu, Kim juga menjadi pemimpin Korut pertama yang menginjakkan kaki di Korsel.



Dalam perjumpaan tersebut, kedua pemimpin sepakat bakal menandatangani perjanjian damai kedua negara yang selama ini sebenarnya masih berstatus berperang karena Perang Korea 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata.

Kim pun dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, pada 12 Juni mendatang di Singapura untuk membahas perdamaian di kawasan.

Media barat memang selalu menggambarkan Kim sebagai sosok yang bengis dengan berbagai pemberitaan kejam, seperti mengeksekusi mati pamannya sendiri.

Namun, orang yang pernah bertemu langsung menganggap Kim sebagai sosok yang misterius, tapi ramah dan mudah bergaul.

Kenji, misalnya, sempat takut diburu oleh Korut karena membocorkan kisahnya selama di negara itu.


Jantungnya berdegup kencang ketika pada 2012, seorang agen Korut menghampirinya dan berkata, "Pemimpin tertinggi Kim Jong-un ingin Anda memenuhi janji yang Anda buat pada 2001."

Kenji bernafas lega ketika mengingat bahwa ia pernah berjanji akan berkuda dengan Kim sebelum kabur dari Korut. Ia pun sepakat untuk terbang menemui Kim.

"Saat pintu terbuka perlahan, orang pertama yang saya lihat adalah Kim Jong-un, yang berkata, 'Lama tidak berjumpa, Fujimoto.'"

Mengingat kembali momen itu, Kenji kemudian berkata, "Saya bilang kepada Kim Jong-un dalam bahasa Korea, 'Saya, Fujimoto sang pengkhianat, sekarang kembali,' dan dia membalas, 'Tidak apa-apa. Tidak apa-apa,' sambil menepuk pundak saya. Saya menangis sangat kencang."



Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in
Foto: The Presidential Blue House /Handout via REUTERS
Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in


Pemain basket NBA yang dua kali bertemu dengan Kim, Dennis Rodman, pun mengatakan bahwa pemimpin Korut itu sangat ramah dan baik.

"Dia berkata, 'Saya tidak mau mengebom siapa pun. Namun, kami mempertahankan bom nuklir kami karena kami negara kecil. Itu satu-satunya cara kami mempertahankan diri,'" ucap Rodman menirukan perkataan Kim.

Melanjutkan kisahnya, Rodman berkata, "Mereka hanya ingin orang di Amerika dan pemerintahannya tahu bahwa mereka tidak benci orang Amerika. Mereka ingin kerja sama dengan orang Amerika."






Credit  cnnindonesia.com