AS merupakan pendukung setia Ukraina sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014
CB,
KIEV -- Ukraina pada Selasa (22/5) menguji coba sistem peluru kendali
Javelin untuk pertama kalinya sejak menerima persenjataan itu dari
Amerika Serikat (AS). Uji coba dilakukan guna meningkatkan kemampuan
pertahanan dalam konflik dengan para separatis dukungan Rusia.
Washington selama ini merupakan salah satu pendukung setia Kiev sejak
Moskow mencaplok Krimea pada 2014 serta munculnya serangkaian
pertempuran di Donbass di Ukraina timur, yang telah menewaskan lebih
dari 10 ribu orang. Kiev dan Washington meyakini bahwa sistem rudal
antitank itu akan membantu Ukraina membangun kemampuan pertahannya untuk
jangka panjang.
AS mengatakan Javelin tidak bisa digunakan
secara efektif untuk merebut wilayah, tapi Rusia mengatakan bahwa
memasok peralatan itu akan semakin mengganggu stabilitas dengan
mendorong penggunaan kekuatan.
Presiden Ukraina Petra
Poroshenko, melalui Twitter, mengumumkan pengujicobaan pertama rudal
tersebut. "Akhirnya hari ini tiba," katanya.
"Saya
berterima kasih kepada (Amerika Serikat) untuk keputusan tegasnya bahwa
Ukraina harus dipersenjatai," ujarnya lebih lanjut.
Uji
coba itu dilakukan di Ukraina utara, jauh dari garis depan timur.
Bentrokan terus terjadi di wilayah-wilayah timur walaupun sudah ada
gencatan senjata semu serta upaya-upaya perdamaian diplomatik.
Organisasi
Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), yang mengamati pelaksanaan
perjanjian perdamaian Minsk Ukraina, yang banyak dilanggar, pada Selasa
(22/5) memperingatkan akan peningkatan pertempuaran di sepanjang garis
depan.
"Saya mendesak pihak-pihak (terkait) untuk segera
berhenti bertempur dan melakukan upaya terbaik untuk melindungi para
penduduk sipil," kata Wakil Khusus OSCE Martin Sajdik dalam pernyataan.