Perjanjian baru ini diharapkan dapat menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran pada 2015
CB,
BERLIN -- Para diplomat Eropa, Cina dan Rusia sedang membahas sebuah
perjanjian baru untuk membantu keuangan Iran. Sebuah surat kabar Jerman
welt am Sonntag melaporkan pada Ahad (20/5) perjanjian baru ini
diharapkan dapat menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran pada 2015.
Para pejabat ini akan bertemu di Wina pekan depan di bawah pimpinan
diplomat senior Uni Eropa Helga Schmid. Mereka akan membahas langkah
selanjutnya setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
memutuskan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
"Jerman,
Prancis, Inggris, Rusia dan Cina akan berpartisipasi dalam pertemuan
itu, tetapi Amerika Serikat tidak akan," ujar seorang diplomat senior
Uni Eropa.
Namun masih belum jelas apakah Iran akan ikut
berpartisipasi dalam pertemuan itu. Menurut surat kabar tersebut,
perjanjian baru dimaksudkan untuk mempertahankan ketentuan nuklir dan
mengekang upaya pengembangan rudal balistik dan kegiatan Teheran di
kawasan tersebut.
Ini dinilai dapat membantu meyakinkan
Trump untuk mencabut sanksi terhadap Iran. "Kami harus melepaskan diri
dari nama 'perjanjian nuklir Wina' dan menambahkan beberapa elemen
tambahan. Hanya itu yang akan meyakinkan Presiden Trump untuk menyetujui
dan mencabut sanksi lagi," kata surat kabar itu mengutip seorang
diplomat senior Uni Eropa.
Perjanjian baru ini juga dapat
mencakup bantuan keuangan untuk Iran senilai miliaran dolar AS. Ini
sejalan dengan kesepakatan Uni Eropa yang memberikan bantuan kepada
Turki untuk menampung jutaan migran dan menutup perbatasannya.
Kesepakatan ini membantu mengakhiri krisis migran 2015.Tidak ada komentar langsung dari kementerian luar negeri Jerman.
Kepala
energi Uni Eropa berusaha untuk meyakinkan Iran pada Sabtu bahwa Uni
Eropa tetap berkomitmen untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir, dan
memperkuat perdagangan dengan Teheran.
Para pejabat Uni
Eropa, Jerman dan negara-negara lain yang tetap berkomitmen pada
kesepakatan itu mengaku akan terus berupaya melestarikan kesepakatan
itu. Menurut negara-negara tersebut, jika Uni Eropa gagal menyelamatkan
kesepakatan itu maka akan terjadi bencana.
Iran telah
berjuang untuk memperoleh keuntungan finansial dari kesepakatan itu.
Namun karena masih ada sanksi AS yang sepihak atas program rudalnya maka
menghalangi para investor besar Barat untik melakukan bisnis dengan
Teheran.
Dengan adanya sanksi AS ini maka akan sulit bagi
perusahaan-perusahaan Eropa untuk berbisnis di Teheran. Kekuatan Iran
dan Eropa telah membuat awal yang baik dalam upaya untuk menyelamatkan
kesepakatan nuklir Iran.
Namun Menteri Luar Negeri Iran
Mohammed Javad Zarif mengatakan upaya Eropa dan Iran sangat bergantung
pada hal yang terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Berdasarkan
kesepakatan 2015, Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan
imbalan pencabutan sebagian besar sanksi Barat. Salah satu keluhan utama
dari pemerintahan Trump adalah perjanjian itu tidak mencakup program
rudal Iran atau dukungannya bagi kelompok-kelompok bersenjata di Timur
Tengah yang dianggap Barat sebagai teroris.