Setidaknya 13 orang tewas, dan 33 terluka
akibat teror bom di tenda pendaftaran pemilih yang berlokasi di halaman
masjid. (Ilustrasi/AFP PHOTO / WAKIL KOHSAR)
Setidaknya 13 orang tewas, dan 33 terluka akibat teror bom yang disimpan di tenda tempat pemilih melakukan pendaftaran untuk menggunakan hak suara mereka.
Tenda pendaftaran pemilih itu berada di halaman sebuah masjid. Itu adalah serangan terkini di antara teror-teror lain jelang pemilu Afghanistan.
Kepala Polisi Provinsi Khost, Abdul Hanan Zadran, mengatakan para korban ledakan itu umumnya adalah mereka yang baru keluar dari masjid dan hendak mendaftarkan diri mereka sebagai pemilih.
Deputi Direktur Kesehatan Publik Provinsi Khost, Gul Mohammad Mangal mengatakan jumlah korban tewas baik luka disebut bisa saja terus bertambah karena banyak yang mengalami luka kritis.
"Ambulans masih membawa korban-korban kemari," kata Mangal.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas teror bomm tersebut. Di satu sisi, kelompok Taliban menegaskan mereka tak terlibat dalam ledakan itu.
Jelang pemilu Afghanistan, teror di Khost itu adalah yang kedua pada pekan ini setelah teror bom yang menewaskan 25 orang di Kabul. Dalam teror bom di Kabul, sembilan jurnalis turut menjadi korban, termasuk kepala fotografer AFP.
Selain itu, dalam serangan terpisah, seorang reporter BBC tewas dalam teror lain di Provinsi Khost.
Kemudian bulan lalu, pada 22 April, bom bunuh diri di depan pusat pendaftaran pemilih di Kabul telah menewaskan 60 orang dan melukai lebih dari 100 orang.
Pemilu Afghanistan dijadwalkan digelar pada 20 Oktober mendatang.
Baik Taliban, maupun kelompok militan Negara Islam (IS) telah menampakkan hasrat mereka untuk menggagalkan pemilu di Afghanistan. Menanggapi itu, dan teror-teror yang terjadi para petugas pemilihan umum khawatir para pemilih yang menggunakan hak mereka akan sedikit.
Sejauh ini, hingga Sabtu (5/5), dari seantero Afghanistan baru 1,2 juta jiwa orang dewasa yang terdaftar sebagai pemiilih. Komisi Pemilu Independen (IEC) sendiri menargetkan setidaknya 14 juta warga dewasa pemilik hak pilih terdaftar untuk menggunakan suara mereka di lebih dari 7.000 tempat pemungutan suara di Afghanistan.
Credit cnnindonesia.com