Ilustrasi rudal Korut. (KCNA via REUTERS)
Wakil Sekretaris Jenderal bidang Hubungan Politik, Jeffrey Feltman, mengunjungi negara terisolasi itu pada Selasa hingga Jumat pekan lalu. Dia menjadi pejabat PBB tertinggi yang mengunjungi Korea Utara dalam enam tahun terakhir.
Dalam kunjungannya, dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho. Pertemuan itu diadakan saat keadaan tegang, sepekan setelah Korea Utara menguji coba peluru kendali balistik antarbenua canggih dan Korea Selatan menggelar latihan militer bersama sekutunya, Amerika Serikat.
Ri dan Feltman "sepakat situasi saat ini paling tegang dan merupakan masalah perdamaian dan keamanan paling berbahaya di dunia," kata PBB dalam pernyataan yang dikutip CNN.
Feltman menegaskan pentingnya implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengatakan solusi diplomatik bisa dicapai melalui dialog yang tulus.
Dalam pernyataan kepada wartawan, dia mengatakan ada "keperluan urgen untuk mencegah salah perhitungan dan membuka jalur untuk mengurangi risiko konflik." Dia menekankan bahwa masyarakat internasional waspada karena peningkatan ketegangan dan berkomitmen pada solusi damai.
Secara teknis Korut dan Korsel masih dalam status berperang karena peperangan yang melibatkan kedua negara berakhir dengan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai, 1953 silam.
Kunjungan Feltman bertepatan dengan latihan militer tahunan AS dan Korsel yang bertujuan untuk mendorong "efektivitas tempur" aliansi tersebut.
Media pemerintah Korut menyebut latihan itu merupakan "latihan perang udara bersama yang diarahkan kepada DPRK (singkatan nama resmi Korea Utara)."
|
Latihan itu dilaksanakan setelah Pyongyang menguji coba rudal Hwasong-15.
Credit cnnindonesia.com