MOSKOW
- Media pemerintah Rusia mengungkap “bentrok” antara pesawat jet tempur
Su-25 Rusia dengan pesawat jet tempur F-22 Raptor Amerika Serikat (AS)
di wilayah udara atau langit Rusia. Insiden ini terjadi 23 November,
namun baru dibeberkan militer Moskow.
Menurut militer Moskow, dua pesawat jet tempur Su-25 Rusia awalnya sedang ditugaskan untuk misi pengeboman terhadap sebuah pangkalan yang dikuasai teroris di sebelah barat Sungai Eurphrates (Efrat), 23 November 2017 lalu. Namun sebuah jet tempur F-22 Raptor AS melakukan intervensi.
”F-22 meluncurkan umpan pelontar dan menggunakan airbrakes sambil terus-menerus melakukan manuver (di dekat jet tempur Rusia), memperagakan pertempuran udara,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov, seperti dikutip Sputnik.
Gangguan jet tempur F-22 berakhir setelah jet tempur Su-35S Rusia bergegas datang untuk membantu pesawat-pesawat jet tempur Su-25.
”Setelah munculnya pesawat tempur super multifungsi, jet tempur Amerika menghentikan manuver yang berbahaya dan bergegas memasuki wilayah udara Irak,” katanya.
Laporan ini diperkuat dengan bukti foto yang dirilis akun Twitter Kedutaan Besar Rusia untuk AS, @RusEmbUSA, bertanggal 9 Desember. “Sebuah jet tempur F-22 Amerika secara aktif mencegah pesawat Su-25 Rusia melakukan misi tempur untuk menghancurkan kubu ISIS di pinggiran Kota Mayadin pada 23 November,” tulis kedutaan tersebut, yang dikutip Senin (11/12/2017).
Moskow mengklaim basis yang diserang militernya tersebut diduduki oleh militan Islamic State atau ISIS. ”Sebagian besar pertemuan jarak dekat antara jet Rusia dan AS di daerah sekitar Sungai Efrat telah dikaitkan dengan upaya pesawat AS untuk menghalangi pesawat tempur Rusia menyerang teroris ISIS,” kata Konashenkov.
Pentagon, yang belum menanggapi laporan insiden tersebut, baru-baru ini mengeluhkan apa yang mereka sebut ”perilaku tidak aman” dari jet tempur Rusia.
”Kami melihat enam sampai delapan insiden setiap hari di akhir November, di mana pesawat Rusia atau Suriah menyeberang ke wilayah udara kami di sisi timur Sungai Efrat,” kata Komando Pusat (CENTCOM) Angkatan Udara AS melalui seorang juru bicara kepada media AS.
”Ini menjadi semakin sulit bagi pilot kami untuk mengetahui apakah pilot Rusia dengan sengaja menguji atau mendorong kita untuk bereaksi, atau jika ini hanya kesalahan yang jujur. Perhatian terbesar adalah bahwa kita dapat menembak jatuh pesawat Rusia karena tindakannya dilihat sebagai sebuah ancaman bagi kekuatan udara atau darat kami,” ujarnya.
Menurut militer Moskow, dua pesawat jet tempur Su-25 Rusia awalnya sedang ditugaskan untuk misi pengeboman terhadap sebuah pangkalan yang dikuasai teroris di sebelah barat Sungai Eurphrates (Efrat), 23 November 2017 lalu. Namun sebuah jet tempur F-22 Raptor AS melakukan intervensi.
”F-22 meluncurkan umpan pelontar dan menggunakan airbrakes sambil terus-menerus melakukan manuver (di dekat jet tempur Rusia), memperagakan pertempuran udara,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov, seperti dikutip Sputnik.
Gangguan jet tempur F-22 berakhir setelah jet tempur Su-35S Rusia bergegas datang untuk membantu pesawat-pesawat jet tempur Su-25.
”Setelah munculnya pesawat tempur super multifungsi, jet tempur Amerika menghentikan manuver yang berbahaya dan bergegas memasuki wilayah udara Irak,” katanya.
Laporan ini diperkuat dengan bukti foto yang dirilis akun Twitter Kedutaan Besar Rusia untuk AS, @RusEmbUSA, bertanggal 9 Desember. “Sebuah jet tempur F-22 Amerika secara aktif mencegah pesawat Su-25 Rusia melakukan misi tempur untuk menghancurkan kubu ISIS di pinggiran Kota Mayadin pada 23 November,” tulis kedutaan tersebut, yang dikutip Senin (11/12/2017).
Moskow mengklaim basis yang diserang militernya tersebut diduduki oleh militan Islamic State atau ISIS. ”Sebagian besar pertemuan jarak dekat antara jet Rusia dan AS di daerah sekitar Sungai Efrat telah dikaitkan dengan upaya pesawat AS untuk menghalangi pesawat tempur Rusia menyerang teroris ISIS,” kata Konashenkov.
Pentagon, yang belum menanggapi laporan insiden tersebut, baru-baru ini mengeluhkan apa yang mereka sebut ”perilaku tidak aman” dari jet tempur Rusia.
”Kami melihat enam sampai delapan insiden setiap hari di akhir November, di mana pesawat Rusia atau Suriah menyeberang ke wilayah udara kami di sisi timur Sungai Efrat,” kata Komando Pusat (CENTCOM) Angkatan Udara AS melalui seorang juru bicara kepada media AS.
”Ini menjadi semakin sulit bagi pilot kami untuk mengetahui apakah pilot Rusia dengan sengaja menguji atau mendorong kita untuk bereaksi, atau jika ini hanya kesalahan yang jujur. Perhatian terbesar adalah bahwa kita dapat menembak jatuh pesawat Rusia karena tindakannya dilihat sebagai sebuah ancaman bagi kekuatan udara atau darat kami,” ujarnya.
Credit sindonews.com