Aung San Suu kyi dianggap tidak vokal
melindungi Rohingya yang selama puluhan tahun menjadi incaran
diskriminasi hingga persekusi di Myanmar. (Reuters/Soe Zeya Tun)
Pencopotan gelar Suu Kyi sebagai tokoh Freedom of the City of Dublin itu dilakukan sebagai bentuk tekanan warga ibu kota Irlandia tersebut agar Myanmar segera menyetop kekerasan yang telah memicu eksodus ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Bangladesh sejak Akhir Agustus lalu.
"Penyiksaan sehari-hari terhadap etnis Rohingya tidak bisa dibiarkan berlanjut. Dan jika mencabut gelar [Suu Kyi] berkontribusi menekan pemerintah Myanmar untuk menghargai warga negaranya sendiri, maka pencopotan gelar tersebut akan disambut baik," kata salah satu anggota dewan kota, Cieran Perry, Kamis (13/14).
|
Seperti dilansir The Guardian, keputusan itu diambil setelah hampir seluruh anggota dewan kota sepakat. Kantor berita Dublin, RTE, melaporkan bahwa sekitar 59 suara mendukung keputusan itu, sementara dua menolak, dan satu abstain.
Sekitar sebulan lalu, musisi Bob Geldof mengembalikan gelar kehormatan yang ia dapat ke kantor wali kota Dublin sebagai bentuk protes terhadap Suu Kyi.
Sejak krisis kemanusiaan di Rakhine memburuk pada Oktober 2016 dan akhir Agustus 2017 lalu, Myanmar, terutama Suu Kyi, terus menjadi sorotan internasional.
Laporan terbaru organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) bahkan memaparkan bahwa dalam sebulan pertama krisis kemanusiaan di Rakhine pada akhir Agustus lalu, sedikitnya 6.700 Rohingya telah tewas.
Krisis itu dipicu oleh bentrokan antara kelompok bersenjata dan militer Myanmar di Rakhine pada 25 Agustus lalu. Alih-alih menangkap kelompok bersenjata, militer diduga malah mengusir, menyiksa, hingga membunuh etnis Rohingya di negara bagian itu.
Credit cnnindonesia.com