Senin, 04 September 2017

Setelah Bom Hidrogen Korut, Apakah Urusannya Masih Seperti Biasa?



Korea Utara, Kim Jong-un

Washington - Lewat uji coba nuklir keenamnya, Kim Jong-un 'menyampaikan pesan' tidak akan menghentikan program kegiatan nuklirnya walaupun dikecam dunia internasional. (EPA)
Amerika Serikat bergabung dengan Korea Utara, Jepang, Cina, dan Rusia untuk mengecam uji coba senjata nuklir yang canggih oleh Korea Utara.
Pemerintah Pyongyang mengatakan sudah berhasil melakukan uji coba bom hidrogen yang bisa dipasangkan ke rudal jarak jauh.
Menanggapinya, Presiden Donald Trump bahwa 'kata dan tindakan' Korea Utara itu 'amat bermusuhan dan berbahaya'.

Uji coba yang diakui sebagai bom hidrogen ini tak sampai seminggu setelah Korut meluncurkan rudal yang melewati wilayah angkasa Jepang sebelum jatuh di lepas pantai Pulau Hokkaido.
Rangkaian uji coba rudal Korea Utara dalam beberapa waktu belakangan memicu kecaman dari dunia internasional, namun apakah uji coba bom hidrogen yang diumumkan ini akan memicu kecaman yang sama dengan sebelumnya atau memiliki konsekuensi yang lebih serius.
Korea Utara
Berita TV Korea Utara tentang uji coba nuklir bom hidrogen disiarkan di Tokyo, Jepang. (Reuters)


Bagaimana reaksi sejauh ini?
Dengan mengecam uji coba bom terbaru sebagai 'bermusuhan' dan 'berbahaya', Presiden Trump menyebut Korea Utara adalah 'bangsa nakal' yang menjadi 'ancaman besar dan memalukan' bagi Cina, yang merupakan sekutu utama Korea Utara.
Dia menambahkan 'pembicaraan yang menenangkan' dari Korea Selatan tidak bekerja karena negara komunis yang tertutup tersebut 'hanya mengerti satu hal'.
Gedung Putih belakangan menjelaskan Presiden Amerika Serikat akan menggelar pertemuan keamanan nasional sementara Menteri Keuangan, Steven Mnuchin. mengatakan akan mengajukan sanksi baru untuk mencegah negara apapun yang melakukan perdangan dengan Korea Utara untuk menjalin bisnis dengan AS.


Apa yang bisa dilakukan?
Jonathan Marcus - wartawan urusan pertahanan dan diplomatik BBC
Lewat uji coba nuklir-nya yang keeman, yang kemungkinan merupakan terbesar sejauh ini, Korea Utara juga mengirim pesan politik yang jelas.
Terlepas dari 'gertakan dan ancaman' yang disampaikan pemerintahan Donald Trump di Washington dan kecaman yang meluas dari dunia internasional, Pyongyang tidak akan menghentikan atau mengendalikan kegiatan nuklirnya.
Korea Selatan, militer
Tank Korea Selatan saat latihan militer di Paju, Minggu (03/09), di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. (Getty Images)

Yang mengkawatirkan adalah bahwa program tersebut berkembang di semua sektor dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.
Sejauh ini semua upaya untuk menekan Korea Utara -baik itu sanksi, pengucilan, dan ancaman militer- gagal untuk menggerakkan Pyongyang.
Jadi bisakah ditempuh langkah lebih lanjut?
Jelas namun sanksi ekonomi yang lebih keras akan berpotensi melumpuhkan rezim dan mendorong ke arah bencana, yang tidak ingin dilakukan Cina.
Pengendalian dan pencegahan kini akan mengedepan karena dunia menyesuaikan kebijakannya dari upaya untuk menghentikan program nuklir Pyongyang menjadi hidup bersama Korea Utara yang memiliki senjata nuklir.

Sementara Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menyerukan tanggapan 'yang paling kuat yang memungkinkan', termasuk sanksi PBB untuk mengasingkan total pemerintah Pyongyang.
"Saya tidak bisa tidak kecewa dan marah," tegas Moon dan menambahkan program senjata Korea Utara merupakan 'ancaman atas perdamaian dunia' dan hanya akan 'mengucilkan negara itu lebih lanjut'.
Cina juga mengungkapkan 'kecaman keras' karena negara itu telah mengabaikan penentangan yang meluas atas program senjatanya oleh komunitas internasional.
Sedangkan Rusia mendesak semua pihak untuk melakukan perundingan dengan mengatakannya sebagai satu-satunya jalan untuk memecahkan masalah Semenanjung Korea.
Apa arti uji coba terbaru ini?
Korea Selatan mengatakan uji coba terbaru berlangsung di kawasan Kilju, tempat lokasi uji coba nuklir Punggye-ri. 'Gempa buatan' mencapai 9,8 kali lebih kuat dari gempa saat uji coba kelima Korea Utara pada September 2016, menurut badan meteorologi negara itu.
Walapun para ahli menyarankan untuk tidak menerima pernyataan Korea Utara begitu saja, uji coba terbaru ini merupakan yang terbesar dan yang paling berhasil sejauh ini dan pesannya jelas: Korea Utara ingin memperlihatkan mereka tahu membuat hulu ledak nuklir.

Apakah Cina akan melarang?
Robin Brant - BBC News di Shanghai, Cina
Uji coba nuklir Korea Utara yang keenam ini merupakan penolakan terang-terangan atas semua yang diminta oleh satu-satunya sekutunya.
Tanggapan Beijing bisa diduga: kecaman dan desakan untuk menghentikan provokasi serta berdialog, namun juga mendesak Korea Utara untuk menerima 'keinginan keras' dari komunitas internasional atas denuklirisasi Semenanjung Korea.
Korea Utara, Kim Jong-unUji coba nuklir terbaru Korut juga menjadi pertanda bahda Kim Jong-un mengabaikan seruan Cina, yang merupakan sekutu utamanya. (Getty Images)

Bagaimanapun tidak ada tanda bahwa Cina bersedia jika 'keinginan keras' tersebut melampaui sanksi PBB, yang baru-baru ini melarang ekspor makanan laut dan bijih besi, sebagai tambahan atas larangan sebelumnya atas batu bara dan mineral.
Perlu pula dicatat bahwa uji coba yang disebut bom hidrogen ini berlangsung pada saat Presiden Cina, Xi Jinping, akan menyambut beberapa pemimpin dunia dalam pertemuan puncak negara-negara perekonomian baru, Brics, di Xiamen, Cina timur.
Bahkan media pemerintah tidak bisa mengabaikan begitu saja bahwa pemimpin mereka diperlakukan dengan kasar -dan juga dipermalukan- oleh sekutu yang juga tetangganya yang dikucilkan oleh dunia internasional.

Seorang ahli senjata nuklir, Catherine Dill, mengatakan kepada BBC masih belum jelas persisnya senjata nuklir yang diuji coba oleh Korea Utara tersebut.
"Namun berdasarkan seismik-nya (berkenaan dengan gempa bumi), hasil uji coba ini jelas dalam urutan kekuatannya lebih tinggi dari hasil uji coba sebelumnya."
Dia menambahkan informasi yang tersedia saat ini tidak memastikan bahwa senjata thermonuclear sudah diuji-coba namun tampaknya ada kemungkinan itu.
Bom hidrogen jauh lebih kuat dari bom atom, dengan menggunakan fusi, penyatuan atom-atom, untuk melepaskan sejumlah besar energi sedangkan bom atom menggunakan fisi nuklir atau pemisahan atom.



Credit  detik.com