ZAMBOANGA
- Kelompok Abu Sayyaf mengobarkan perang besar-besaran melawan pasukan
Presiden Filipina Rodrigo Deterte yang mereka klaim sebagai “jihad”.
Kelompok bersenjata ini mengaku mengerahkan lebih dari 1.000 militan
untuk perang besar.
Abu Sayyaf bahkan tidak akan menunggu untuk
diserang pasukan Duterte baik dari polisi maupun tentara Filipina.
Sebaliknya, para militan kelompok itu akan “jemput bola” dengan
menyerang pasukan Duterte.
Juru bicara Abu Sayyaf, Alhabsi
Misaya, mengatakan dalam pesan tertulis pada hari Kamis, bahwa “tanggal 1
September, Abu Sayyaf dan tentara (Presiden Rodrigo) Duterte akan
menguji satu sama lain dalam pembebasan.”
Misaya, yang berada di bawah kepemimpinan Radulan Sahiron, pertempuran besar akan pecah di Patikul dan jadi perang terakhir.
”Jika
mereka diberi keberanian, perang ini lebih sengit daripada (perang) di
Zamboanga,” tulis Misaya dalam salah satu pesan tertulis yang salah
satunya dikirim ke media Filipina, Daily Inquirer, yang dilansir Jumat (2/9/2016).
Menurut
Misaya, jika tentara Filipina tidak menyerang Abu Sayyaf, maka kelompok
itu yang akan melakukan serangan terhadap tentara Duterte.
”Abu Sayyaf siap dengan lebih dari 1000 pasukannya, untuk melakukan jihad,” kata Misaya.
Kepala
Komando Mindanao Barat, Letnan Jenderal Mayoralgo Dela Cruz, juga
mendapatkan pesan tertulis yang sama dari juru bicara Abu Sayyaf. Namun,
dia meremehkan informasi dari Abu Sayyaf itu dengan menganggap sebagai
sebutir garam.
”Pesan ini merupakan bagian dari perang mereka,
apakah benar atau tidak, kita telah siap untuk itu," katanya. Dia
meragukan klaim Misaya bahwa Abu Sayyaf mengerahkan lebih dari 1.000
militan. Dia memprediksi kekuatan Abu Sayyaf hanya 200 hingga 250
militan.
Jenderal Dela Cruz menambahkan bahwa militer akan senang
melihat Abu Sayyaf menyerang. "Lebih baik dengan cara ini, sehingga
kita tidak lagi memburu mereka,” katanya.
Credit Sindonews