JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI mengungkapkan ide awal dibangunnya satelit
komunikasi, BRIsat yang akan diluncurkan pada 9 Juni 2016 (waktu
Indonesia barat/WIB). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, BRI
memandang Indonesia membutuhkan sistem komunikasi yang bisa menjangkau
seluruh negeri.
"Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di usia Bank BRI yang ke-120 tahun (16 Desember 2015 lalu, Bank BRI tepat 120 tahun), kita harus mengikuti perkembangan teknologi. Konsekuensinya tentu saja melalui inovasi," ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam, pekan lalu.
Dia menerangkan keberadaan satelit BRI diharapkan bisa melayani seluruh masyarakat Indonesia hingga ke pelosok. "Mulai 2013 kita mengeksplorasi, (jadi) harus memiliki satelit sendiri. Lalu, pada 28 April 2014 ditandatanganilah perjanjian kontrak pengoperasian satelit dengan SSL (Space Systems Loral) sebagai pihak yang memproduksi satelit tersebut," terangnya.
Asmawi menyebutkan, sebenarnya ada dua cara untuk memperluas jaringan layanan keuangan digital perusahaan, yakni satelit dan fiber optic. Keduanya memiliki fungsi yang sama. Namun, BRI lebih memilih satelit.
"Kenapa kami lebih memilih satelit? Karena fiber optic untuk negara seperti Indonesia yang terdiri atas banyak pulau tidak efisien. Adapun dengan satelit akan lebih efisien karena bisa memancar ke seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Dia menjelaskan satelit juga mempunyai jangkauan yang lebih luas hingga ke daerah remote. "Ini akan membantu kami dalam melayani 50 juta nasabah Bank BRI dengan 10.300 jaringan di Tanah Air," katanya.
Bagi Bank BRI, kebutuhan sarana komunikasi satelit menjadi semakin urgen karena variasi model jaringan kerja yang dikembangkan. "Beberapa inovasi model jaringan kerja bersifat mobile, seperti Teras Mobil dan Teras Kapal yang hanya dapat dilakukan secara ekonomis melalui sarana komunikasi satelit," papar Asmawi.
Peningkatan kebutuhan Bank BRI akan jaringan komunikasi satelit ini diperkirakan sulit dipenuhi dari pasokan transponder oleh penyelenggara satelit Indonesia mengingat ketersediaan transponder di Tanah Air jumlahnya terbatas. Karena itu, program satelit BRI diharapkan memberi solusi untuk mengurangi kelangkaan transponder di Indonesia. "Kami juga bisa memperluas jangkauan ke seluruh masyarakat," imbuh Asmawi.
"Menjangkau yang belum terjangkau, melayani yang belum terlayani. Dalam bahasa perbankannya masyarakat unbank atau yang belum tersentuh oleh perbankan. Satu-satunya cara menjangkau dengan menggunakan teknologi. Teknologinya itu ada hardware, ada software, ada jaringan. Nah, jaringan itulah satelit. Memang sekarang kita sudah menyewa, tapi dari berbagai service provider," pungkasnya.
"Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di usia Bank BRI yang ke-120 tahun (16 Desember 2015 lalu, Bank BRI tepat 120 tahun), kita harus mengikuti perkembangan teknologi. Konsekuensinya tentu saja melalui inovasi," ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam, pekan lalu.
Dia menerangkan keberadaan satelit BRI diharapkan bisa melayani seluruh masyarakat Indonesia hingga ke pelosok. "Mulai 2013 kita mengeksplorasi, (jadi) harus memiliki satelit sendiri. Lalu, pada 28 April 2014 ditandatanganilah perjanjian kontrak pengoperasian satelit dengan SSL (Space Systems Loral) sebagai pihak yang memproduksi satelit tersebut," terangnya.
Asmawi menyebutkan, sebenarnya ada dua cara untuk memperluas jaringan layanan keuangan digital perusahaan, yakni satelit dan fiber optic. Keduanya memiliki fungsi yang sama. Namun, BRI lebih memilih satelit.
"Kenapa kami lebih memilih satelit? Karena fiber optic untuk negara seperti Indonesia yang terdiri atas banyak pulau tidak efisien. Adapun dengan satelit akan lebih efisien karena bisa memancar ke seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Dia menjelaskan satelit juga mempunyai jangkauan yang lebih luas hingga ke daerah remote. "Ini akan membantu kami dalam melayani 50 juta nasabah Bank BRI dengan 10.300 jaringan di Tanah Air," katanya.
Bagi Bank BRI, kebutuhan sarana komunikasi satelit menjadi semakin urgen karena variasi model jaringan kerja yang dikembangkan. "Beberapa inovasi model jaringan kerja bersifat mobile, seperti Teras Mobil dan Teras Kapal yang hanya dapat dilakukan secara ekonomis melalui sarana komunikasi satelit," papar Asmawi.
Peningkatan kebutuhan Bank BRI akan jaringan komunikasi satelit ini diperkirakan sulit dipenuhi dari pasokan transponder oleh penyelenggara satelit Indonesia mengingat ketersediaan transponder di Tanah Air jumlahnya terbatas. Karena itu, program satelit BRI diharapkan memberi solusi untuk mengurangi kelangkaan transponder di Indonesia. "Kami juga bisa memperluas jangkauan ke seluruh masyarakat," imbuh Asmawi.
"Menjangkau yang belum terjangkau, melayani yang belum terlayani. Dalam bahasa perbankannya masyarakat unbank atau yang belum tersentuh oleh perbankan. Satu-satunya cara menjangkau dengan menggunakan teknologi. Teknologinya itu ada hardware, ada software, ada jaringan. Nah, jaringan itulah satelit. Memang sekarang kita sudah menyewa, tapi dari berbagai service provider," pungkasnya.
Credit Sindonews