Kamis, 05 Maret 2015

Tiga Band Dunia Minta Jokowi Hentikan Eksekusi Mati


Tiga Band Dunia Minta Jokowi Hentikan Eksekusi Mati 
 Black Sabbath menyurati Jokowi dan memintanya langsung menghentikan eksekusi mati. (Dok. http://commons.wikimedia.org)
 
Jakarta, CB -- Kalau selama ini Presiden Joko Widodo menjadi 'kesayangan' metalhead karena kecintaannya pada musik keras itu, sepertinya keputusan mengeksekusi Bali Nine kini berpengaruh. Dua band beraliran metal meminta Jokowi membatalkan pengeksekusian para terpidana narkoba itu.

Pertama, band metal asal Inggris, Napalm Death. Diberitakan Sidney Morning Herald, awal Februari lalu vokalis Napalm Death Mark Greenway mengunggah pernyataan ke akun Facebook yang ditujukan langsung pada Jokowi.

"Tolong biarkan hidup Andrew Chan dan Myuran Sukumaran," ia menulis. Sebagai pencinta Napalm Death, lanjutnya, ia yakin Jokowi memahami lirik-lirik band itu yang berupa perjuangan melawan kekerasan di dunia. Kekerasan itu, katanya, bisa dilakukan individu maupun negara.


"Saya paham bahwa Anda sebagai pemimpin harus mengubah hal menjadi lebih baik. Maka saya yakin pemberian grasi akan menjadi langkah kemajuan besar dalam proses ini," lanjut Mark.

Ia melanjutkan menulis dalam akun berpenggemar sampai 700 ribu itu, "Saya tahu heroin bisa sangat merusak, tapi saya percaya isu ini lebih kompleks dan tidak bisa digantikan semudah dengan mencabut nyawa orang lain."

Sebelumnya, Jokowi pernah mengaku sebagai penggemar Napalm Death. Ia bahkan pernah berfoto sembari mengacungkan jari metal dan menggunakan kaus bertuliskan nama band itu. Napalm Death tertawa saat mendengar fakta itu.

"Jika Anda tahu segalanya tentang Napalm Death, Anda tahu kami sangat kritis tentang mekanisme politik," Mark kembali menuturkan. Jika Jokowi mampu menyelamatkan nyawa terpidana mati, ia akan menganggapnya sebagai pemimpin terhangat.

Setelah permohonan band kesukaannya itu, kini Jokowi kembali didekati band metal lainnya, Black Sabbath. Sang gitaris, Tony Iommi menyurati Jokowi dengan permintaan yang sama.

Menurut Sidney Morning Herald, surat itu dikirim kepada Jokowi di Jakarta, Rabu (4/3) pagi oleh petugas Australia. Ia diberi kop dengan huruf khas Iommi, dan bertanda tangan.

Tony mengawali suratnya dengan pemahaman dan rasa hormat atas perjuangan Jokowi melawan penyalahgunaan obat-obatan di Indonesia. Ia tak memungkiri bahwa itu masalah semua negara. Tony pun mengaku tahu betul efek negatif narkoba.

Namun, ia melihat ada perubahan dalam diri dua terpidana mati yang merupakan anggota Bali Nine, yakni Andre Chan dan Myuran Sukumaran.

"Saya mohon kepada Anda, sebagai orang yang pemaaf, untuk menghormati perubahan mereka. Mereka kini orang yang berbeda dan membuat perbedaan positif kepada hidup pengikut mereka," tulis Tony. Menurutnya, perubahan itu adalah poin khusus bagi pemerintah Indonesia.

"Atas alasan ini, saya meminta Anda menghentikan eksekusi Andrew dan Myuran. Tolong biarkan mereka menjalani hukuman seumur hidup sehingga bisa berkontribusi untuk Indonesia dan membalas kesalahan di masa lalu," lanjutnya.

Bukan hanya dua band metal itu, band asal Australia The Temper Trap juga mengecam keputusan Jokowi mengeksekusi mati Andrew dan Myuran. Sejak akhir Februari lalu, Twitter mereka dipenuhi ajakan menolak keputusan itu.

"Indonesia, jika Anda bersama kami, berbicaralah. Sekarang waktu Anda. Buat perubahan!" tulisnya, sembari menambahkan tagar #YADP, #keephopealive, #mercycampaign, dan #istandformercy. Band itu juga mengunggah video YouTube tentang anak muda melawan putusan mati.

Rabu (4/3) mereka bahkan menulis, "Tuhan aja Maha Pengampun, kok presiden ngga yah."



Sementara itu, Jokowi masih tegas atas eksekusi mati dua anggota Bali Nine. Mereka bahkan telah dipindahkan ke Nusakambangan. Dikabarkan, mereka akan dieksekusi pekan ini bersama sembilan terpidana lainnya, meski nama-namanya belum secara resmi dirilis Kejaksaan Agung.

Sebelumnya, dikabarkan yang akan dieksekusi adalah warga Filipina Mary Jane Fiesta Veloso, dua warga Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, warga Perancis Serge Areski Atlaoui, warga asal Ghana Martin Anderson, warga Nigeria Raheem Agbaje Salami, warga Brasil Rodrigo Gularte, dan warga Indonesia Zainal Abidin.



Credit  CNN Indonesia