Selasa, 17 Maret 2015

Tak Hanya Obati Rupiah, Pemerintah Rilis Enam Strategi Ekonomi


KEBIJAKAN: Sofyan Djalil (kanan) didampingi, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (dua dari kiri), dan Menteri ESDM Sudirman Said memberikan keterangan pers mengenai hasil rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/3
 
JAKARTA (CB) – Roda reformasi struktural perekonomian mulai bergulir kencang. Setelah perubahan skema subsidi bahan bakar minyak (BBM), pemberlakuan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) untuk investasi, dan penurunan biaya logistik, kali ini pemerintah merilis enam strategi baru.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, reformasi struktural memang menjadi agenda prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). ”Ini bertahap. Jadi, setiap bulan bisa jadi ada pengumuman paket kebijakan seperti ini,” tutur dia di Kantor Presiden Senin (16/3).
Apa saja strateginya? Sofyan menyebutkan, yang pertama adalah insentif fiskal dalam bentuk tax allowance atau keringanan pajak untuk perusahaan dengan kriteria seperti padat karya, bergerak di sektor kelautan dan pertanian, serta membangun fasilitas penelitian dan pengembangan atau research and development (R and D) di Indonesia. ”Dengan begitu, kami harap investasi makin banyak masuk,” katanya.
Strategi kedua, lanjut Sofyan, adalah disinsentif berupa pengenaan biaya antidumping sementara terhadap produk impor untuk melindungi industri dalam negeri. ”Tentu pemerintah akan selektif sehingga tidak ada industri yang merasa dirugikan,” ucapnya.
Strategi ketiga adalah pemberian fasilitas bebas visa untuk kunjungan singkat 30 hari kepada wisatawan asing dari 30 negara. Jumlah negara yang masuk daftar bebas visa itu melonjak jika dibandingkan dengan usulan awal yang hanya lima negara. ”Sebab, kami ingin banyak wisatawan datang dan membawa devisa,” ujarnya.
Strategi keempat adalah peningkatan kewajiban penggunaan biofuel dari saat ini 10 persen menjadi 15 persen. Tujuannya jelas, yakni mengurangi besarnya impor BBM saat ini. ”Sekaligus mendorong tumbuhnya industri biofuel di dalam negeri,” papar dia.
Strategi kelima adalah pemberlakuan letter of credit (L/C) untuk ekspor produk-produk sumber daya alam (SDA) seperti mineral dan batu bara, minyak dan gas, serta minyak kelapa sawit atau crude palm oil ( CPO). Sofyan menambahkan, kontrak ekspor yang ditandatangani sebelum aturan itu diberlakukan akan mendapat perkecualian. ”Dengan L/C, kami ingin melihat bagaimana arus devisa dari perdagangan internasional,” jelasnya.
Strategi keenam adalah mengembangkan industri reasuransi domestik. Selama ini, kebanyakan pasar reasuransi dikuasai perusahaan asing. Karena itu, banyak devisa yang mengalir ke luar. ”Karena itu, pemerintah akan segera membentuk BUMN reasuransi,” ujarnya.
Sofyan menjelaskan bahwa enam paket kebijakan itu merupakan respons pemerintah atas perkembangan ekonomi terakhir, tidak hanya terkait dengan depresiasi tajam rupiah saat ini. ”Jadi, tidak terkait pelemahan rupiah saja, ini perbaikan menyeluruh,” ungkap dia.
Sebelumnya, rapat-rapat di Kantor Presiden yang membahas paket kebijakan ekonomi memang selalu dikaitkan dengan fenomena anjloknya nilai tukar rupiah sepanjang awal tahun ini. Apalagi, dalam beberapa hari terakhir, depresiasi rupiah kian mengkhawatirkan. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin menunjukkan, rupiah sudah terperosok ke level 13.237 per dolar AS (USD), melemah 46 poin jika dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu.
Sementara itu, di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah kemarin ditutup di posisi 13.245 per USD, melemah 40 poin atau 0,30 persen jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan 12 mata uang utama di Asia Pasifik, pelemahan rupiah adalah yang terbesar ketiga. Mata uang lain yang melemah lebih parah adalah dolar Selandia Baru (0,74 persen) dan ringgit Malaysia (0,51 persen).
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pelemahan nilai tukar rupiah juga tecermin pada transaksi valuta asing (valas) di sejumlah money changer di 34 provinsi di Indonesia. Pada Februari 2015, rupiah terdepresiasi terhadap empat mata uang asing, yakni dolar Amerika (USD), dolar Australia (AUD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR).
Menurut Kepala BPS Suryamin, nilai tukar eceran rupiah terhadap dolar Amerika terdepresiasi hingga 2,95 persen pada Februari. ”Pada minggu terakhir Februari 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara rata-rata di 34 provinsi melemah 368,31 poin atau sekitar 2,95 persen dibanding kurs pada minggu terakhir Januari 2015,” papar Suryamin di Kantor BPS kemarin (16/3).
Suryamin menambahkan, Februari lalu pelemahan terhadap nilai tukar rupiah secara eceran terjadi di seluruh provinsi. Pelemahan rupiah tertinggi terjadi di Provinsi Bengkulu, yakni terdepresiasi 457,50 poin atau 3,71 persen. ”Sebaliknya, depresiasi terendah terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 252,50 poin atau 2,02 persen,” lanjutnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah ingin memberikan respons cepat untuk memperbaiki struktur perekonomian sekaligus meredakan gejolak nilai tukar rupiah. Karena itu, payung hukum paket kebijakan yang berupa peraturan menteri maupun peraturan pemerintah segera dituntaskan. ”Berlakunya 30 hari setelah aturan ditetapkan,” ucapnya.
Bambang pun menjabarkan paket kebijakan yang berada di bawah kewenangannya. Di antaranya, pemberian insentif pajak, salah satunya tax allowance. Dia menuturkan, pemerintah memutuskan untuk mempermudah kriteria pemberian insentif pajak. ”Kriterianya dibuat lebih longgar, tidak ketat dan terlalu detail seperti yang sebelumnya. Kami lebih menekankan bahwa kita ingin memberikan tax incentive kepada perusahaan yang melakukan investasi dengan jumlah besar, yang punya orientasi ekspor, yang menggunakan tingkat kandungan lokal yang tinggi, atau juga katakan yang melakukan R and D. Intinya, kita tidak terlalu detail per sektor seperti sebelumnya. Jadi, ada relaksasi,” paparnya.
Selain itu, tambah Bambang, tax allowance diberikan kepada perusahaan yang melakukan reinvestasi dari laba yang didapatkan dari dividen. Juga perusahaan yang berorientasi ekspor minimum 30 persen dari produksi. ”Ini inti dari peraturan pemerintah yang baru mengenai tax allowance,” katanya.
Kemudian, lanjut Bambang, juga akan dibuat peraturan pemerintah (PP) tentang pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk beberapa sektor industri seperti galangan kapal. Tujuannya adalah mendorong sektor domestik. ”Fokus kami adalah bagaimana mengurangi biaya logistik dan salah satunya untuk galangan kapal,” ujar dia.
Berikutnya, akan diberlakukan bea masuk antidumpingsementara (BMADS) dan bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS). Menurut Bambang, aturan tersebut diberlakukan untuk membatasi impor yang berlebihan. ”Kami keluarkan BMADS dan BMTPS. Tujuannya, supaya kita segera hentikan dan kurangi impor yang masuk secara berlebihan sekaligus kita menjaga keberlangsungan industri lokal yang kebetulan bergerak di bidang yang kita curigai sebagai kena dumping atau tindakan pengamanan tersebut,” paparnya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan bahwa pihaknya siap memperbesar porsi bauran energi (mix energy). Di antaranya dengan mewajibkan peningkatan biofuel hingga 15 persen. ”Sebelumnya kan dari 5 persen ke 10 persen tahun ini. Mudah-mudahan 15 persen bisa sampai,” ujarnya di Kantor Presiden kemarin.
Menurut Sudirman, 15 persen tersebut adalah porsi yang besar bagi energi baru. Namun, dia menekankan, secara bisnis, aturan itu justru menguntungkan bagi para pelaku usaha kelapa sawit.
Paket kebijakan yang juga menarik adalah pemberian fasilitas bebas visa untuk wisatawan asing dari 30 negara. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, saat ini fasilitas bebas visa baru diberikan kepada wisatawan asing dari 15 negara. ”Jadi, nanti ada 45 negara yang dapat bebas visa,” ujarnya.
Menurut mantan direktur utama PT Telkom tersebut, bebas visa merupakan cara paling efektif untuk menggenjot jumlah turis asing yang datang ke Indonesia. Tujuannya, menambah pemasukan devisa. Itu pula yang dilakukan Malaysia yang sudah memberikan fasilitas bebas visa untuk 164 negara dan Thailand untuk 56 negara. ”Kalau bebas visa diberlakukan, target kami bisa menambah jumlah wisatawan asing hingga 1 juta orang dan pemasukan devisa USD 1 miliar,” ucap dia.
Negara yang mendapat fasilitas bebas visa itu antara lain Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Inggris, Kanada, Rusia, Italia, Spanyol, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, Kuwait, Bahrain, dan Afrika Selatan. Juga beberapa negara Eropa lainnya.
Arief menuturkan, pemerintah berharap asas resiprokal juga diberlakukan oleh pemerintah negara mitra. Misalnya, jika Indonesia sudah memberikan visa untuk warga negara lain yang masuk ke Indonesia, diharapkan negara itu juga memberikan fasilitas bebas visa bagi warga negara Indonesia yang berkunjung ke negara tersebut. ”Kami segera mengirim surat ke negara-negara tersebut. Ini berlaku untuk wisatawan maupun pebisnis,” ungkap dia.
Hal itulah yang membuat rencana bebas visa untuk warga Australia dibatalkan. Sebab, papar Arief, Australia menerapkan sistem visa universal. Dengan begitu, semua warga negara yang hendak masuk ke Australia harus memiliki visa. ”Makanya, Australia kami coret,” ucapnya.

Credit Jawapos.com