AS dan 60 negara koalisi penggempur ISIS
telah melancarkan serangan udara lebih dari 2.800 kali ke 5.314 target
di Suriah dan Irak. (Reuters/Yannis Behrakis)
Juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Martin, mengatakan bahwa AS telah menyerang ribuan target ISIS, di antaranya adalah tangki dan infrastruktur minyak serta posisi tentara mereka di Suriah dan Irak.
Akibat serangan yang dimulai 8 Agustus 2014 ini, kata Warren, penjualan minyak bukan lagi sumber pemasukan utama ISIS.
Per 18 Maret 2015, lanjut dia, AS telah menghabiskan US$1,83 miliar atau lebih dari Rp23 triliun untuk melakukan 2.320 serangan udara ke wilayah ISIS. Per harinya, AS mengeluarkan dana hingga US$8,5 juta (Rp111 miliar) untuk penyerangan tersebut.
Diberitakan Reuters, Kamis (19/3), AS melakukan 80 persen penyerangan dari total serangan yang dilakukan oleh koalisi multinasional. Total, koalisi ini telah menyerang sebanyak 2.893 kali, sebanyak 1.631 di antaranya di Irak dan 1.262 lainnya di Suriah, mengincar 5.314 target.
Lebih dari 60 negara termasuk dalam koalisi melawan ISIS ini. Selain AS ada Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Yordania, Belanda, dan Inggris yang menyerang di Irak. Sementara di Suriah, serangan dilakukan oleh AS, Bahrain, Yordania, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Selain serangan mematikan, Warren mengatakan bahwa AS dan Irak juga menjatuhkan selebaran-selebaran propaganda di kota Mosul untuk mengurangi dukungan terhadap ISIS dan menghadang upaya rekruitmen mereka.
Serangan koalisi juga telah menghancurkan 73 tank ISIS, kebanyakan adalah M1A1 buatan AS yang direbut dari tentara Irak tahun lalu. Serangan juga menghancurkan 282 kendaraan tempur tentara Irak yang direbut ISIS.
Pasukan udara koalisi mengincar 408 wilayah pendudukan ISIS, 1.003 posisi perang, dan 87 titik pengumpulan minyak, kata Warren.
Warren juga mengatakan bahwa sekitar 16 Maret lalu pasukan koalisi telah menghancurkan sebuah drone yang dioperasikan oleh ISIS di dekat kota Fallujah, Irak. Drone itu adalah pesawat nirawak sederhana untuk tujuan komersial yang dijual bebas.
"Drone itu tidak ditembak jatuh. Kami mengamati benda itu terbang selama sekitar 20 menit. Kami melihat di mendarat. Kami memantau musuh meletakkan drone itu di bak mobil lalu kami menyerang mobil itu, menghancurkan kendaraan tersebut pesawat nirawak," kata Warret.
Tidak diketahui apakah drone tersebut membawa kamera untuk tujuan mata-mata atau tidak.
"Sepengetahuan saya ini kali pertama kami tahu ISIS menggunakan perangkat seperti ini," kata Warren.
Credit CNN Indonesia