Selasa, 17 Maret 2015

Pemilu Israel, Pertarungan Sengit Netanyahu-Herzog


Pemilu Israel, Pertarungan Sengit Netanyahu-Herzog  
Pemilu Israel hari ini, Selasa (17/3), ibarat ring pertarungan bagi dua kandidat perdana menteri, Benjamin Netanyahu dan Isaac Herzog. (Reuters/Ronen Zvulun/File)
 
Tel Aviv, CB -- Pemilu Israel hari ini, Selasa (17/3), ibarat ring pertarungan bagi dua kandidat perdana menteri, Benjamin Netanyahu dan Isaac Herzog. Dua kandidat kuat itu seakan menafikan adanya lima tokoh lainnya yang juga tidak bisa dianggap enteng.

Ada 25 partai yang ikut dalam kancah pertarungan di Israel hari ini untuk memperebutkan 120 kursi di parlemen Kenisah. Partai utama yang dijagokan adalah Likud pimpinan Netanyahu dan Zionist Union (Serikat Zionis), partai sayap kiri yang dipimpin Herzog. Kedua partai ini saling tarik menarik dalam berbagai jajak pendapat jelang pemilu, di sekitar angka 24 kursi.

Partai lainnya adalah Joint List, serikat dari partai-partai Arab Israel yang diprediksi hanya akan mendapatkan suara sedikit; Kulanu, partai yang dipimpin pembelot Likud Moshe Kahlon; Jewish Home, partai pimpinan konglomerat Naftali Bennett, pendukung permukiman bagi warga Tepi Barat; Yesh Atid, partai pimpinan Yair Lapid, yang punya program meningkatkan ekonomi kelas menengah; dan dua partai ortodoks Yahudi.

Selain Netanyahu dan Herzog, calon perdana menteri lainnya adalah Yair Lapid, Naftali Bennett, Ayman Odeh, Moshe Kahlon dan Avigdor Lieberman.

Berdasarkan Undang-undang pemilu Israel tahun 2014, partai harus mendapatkan setidaknya 3,25 persen suara agar bisa menempatkan wakilnya di parlemen.


Diberitakan Reuters, dalam 67 tahun sejarah Israel, tidak pernah ada satu pun partai yang mendapatkan mayoritas 61 suara. Jika demikian, presiden biasanya akan memerintahkan ketua partai pemilik kursi terbanyak untuk membentuk koalisi pemerintahan. Jika dalam enam minggu pemerintahan terbentuk, otomatis ketua partai itu menjadi perdana menteri.

Tidak ada batas waktu periode kepemimpinan di Israel, itulah sebabnya Netanyahu bisa menjabat perdana menteri selama empat periode berturut. Jika pria yang akrab disapa 'Bibi' ini memenangkan pemilu kali ini, dia akan menjadi PM terlama di Israel hingga Juli 2019.

Pria 65 tahun itu tengah diterpa gelombang protes yang menggoyang posisinya dalam pemilu hari ini. Netanyahu disebut terlalu fokus pada keamanan, ancaman nuklir Iran dan ISIS, sementara perekonomian dan kehidupan sosial dalam negeri morat-marit.

Sementara pesaingnya kuatnya, Herzog, mengutamakan proses perdamaian dengan Palestina, mengatasi naiknya harga dan membenahi perekonomian, sebuah kebijakan yang dipandang miring oleh Netanyahu namun populis.

Netanyahu dalam sebuah pidatonya sehari jelang pemilu memperingatkan Israel bahwa Palestina akan menjadi negara jika dia kalah.

Beberapa survei terakhir pekan lalu memenangkan partai Herzog, hanya terpaut sangat tipis dengan Likud. Namun survei tidak bisa dijadikan pegangan karena 20 persen dari 5,8 juta pemilih masih belum menentukan pilihan mereka.

Selain program ekonomi dan perdamaiannya, Herzog diuntungkan karena memiliki "darah biru". Pria 54 tahun ini adalah putra dari Jenderal Chaim Herzog, presiden Israel dari 1983-1993, dan kakeknya adalah seorang pemuka agama terkenal, Rabbi Yitzhak HaLevi Herzog.

Jika dia menang, bisa dipastikan perundingan dengan Palestina yang mandek sejak April lalu akan kembali dilanjutkan. Selain itu, Herzog diprediksi mampu mengakurkan kembali hubungan dengan Amerika Serikat yang rusak beberapa waktu belakangan pada pemerintahan Netanyahu, seperti dikutip majalah TIME.

Namun Netanyahu bisa tetap menjadi perdana menteri kendati Likud kalah, jika ia diusung koalisi partai-partai lain di parlemen. Netanyahu mendapatkan dukungan yang solid dari partai-partai sayap kanan dan keagamaan.

Serikat Zionis juga bisa tetap membawa Herzog di kursi pemimpin dengan bantuan Kulanu dan beberapa partai kecil lainnya.

Dalam hal ini, semua kemungkinan bisa terjadi.

Credit  CNN Indonesia