Selasa, 17 Maret 2015
Kim Jong-un Masih Menyingkirkan Jenderal Tertinggi
Dia telah mengangkat kepala politbiro militernya, Hwang Pyong-so, menggantikan sekretaris Partai Buruh Choe Ryong-hae sebagai letnan yang paling senior.
"Kepala politbiro militer Korea Utara Hwang Pyong-so tampaknya telah menggantikan sekretaris Partai Pekerja Choe Ryong-hae sebagai orang nomor dua pemerintahan ini, menurut para pakar," menurut surat kabar terpercaya Chosun Ilbo dari Korea Selatan pada 2 Maret.
"Surat kabar negara Korea Utara yang peka status mengutip Hwang lebih dahulu daripada Choe ketika melaporkan kunjungan Kim Jong-un ke Museum Perang Kemenangan di Pyongyang pada 28 Februari."
"Sejak ... Oktober tahun lalu, Choe selalu lebih dulu dikutip sebelum Hwang," menurut surat kabar itu.
Surat kabar itu menambahkan, "Hwang telah lebih sering menemani Kim daripada Choe sejak eksekusi mantan pembuat keputusan tersohor Jang Sung-taek pada bulan Desember 2013."
Chosun Ilbo mengatakan pembalikan status antara kedua pria ini tampaknya mencerminkan tekad Kim Jong-un untuk terus memastikan bahwa tidak ada seorang pun akan dianggap sebagai penerusnya yang jelas dan berpotensi menjadi saingan, seperti pandangan terdahulu terhadap pamannya, Jang Sung-taek. Setelah dua tahun berkuasa, Kim Jong-un menyingkirkan dan mengeksekusi pamannya di bulan Desember 2013.
"... Juga ada teori bahwa Kim tidak akan mengizinkan seorang pun menjadi sekuat pamannya yang dieksekusi dan memindahkan jabatan orang-orang yang dia sukai,” kata surat kabar itu. "Hal ini akan memungkinkannya untuk mengadu domba kesetiaan partai dan militer. Hwang adalah komisaris militer tinggi dan Choe seorang pejabat senior partai."
Bloomberg News menyebutkan bahwa pengaturan Kim Jong-un yang hati-hati atas para letnan atasnya terjadi persis setelah dia membunuh seorang komandan senior militer, mencerminkan kegelisahan yang terus-menerus dan rasa tidak percaya diri dalam menjaga kesetiaan para pejabat utamanya.
"Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengeksekusi seorang jenderal AD bulan lalu, yang merupakan penyingkiran pejabat senior terbaru,” menurut media ini. "Jenderal Pyon In-son, kepala operasi Pasukan Rakyat Korea, dibunuh karena mengekspresikan pendapat yang berbeda dengan Kim, menurut seorang pejabat Korea Selatan kepada wartawan di Seoul pada 4 Februari."
Chosun Ilbo melaporkan tanggal 1 Februari bahwa Jenderal Pyon dipecat dan dihukum mati karena menolak perintah Kim Jong-un untuk memecat beberapa pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan militer dengan Tiongkok.
"Keterlibatan Pyon dalam perundingan militer dengan Tiongkok membuatnya sebagai anggota yang berharga, karena Beijing dan Pyongyang adalah sekutu dekat. Tetapi karena Korea Utara mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dan lebih condong ke arah Rusia, Pyon menerima makin banyak tekanan dari Kim untuk mengubah staf," International Business Times melaporkan pada 4 Februari.
Eksekusi terbaru ini menegaskan bahwa Kim Jong-un masih tidak mempercayai militer, kata seorang pejabat pemerintah Korea Selatan kepada wartawan. Dia mengatakan para perwira senior Korea Utara semakin gelisah, menurut IBT.
"Pyon, seorang jenderal bintang empat, digantikan oleh Letjen Kim Chun-sam yang berbintang dua pada awal Januari sebagai direktur biro operasional Staf Umum (kepala staf)," Yonhap News Agency, kantor berita resmi Korsel melaporkan.
Jatuhnya Jenderal Pyon terjadi secara mendadak dan cepat seperti kenaikannya. Kim Jong-un melejitkannya ke peringkat jenderal bintang empat pada bulan Maret 2014. Tapi dia dicopot dari posisinya pada bulan November, blog North Korea Leadership Watch melaporkan.
Wakil Presiden Eurasian Business Coalition Ralph Winnie mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum bahwa perombakan terus menerus ini menandakan rasa tidak percaya Kim Jong-un yang berkelanjutan.
"Setelah lebih dari tiga tahun berkuasa penuh, ia seharusnya sudah menetapkan staf komandan militer tinggi yang stabil. Tapi, sebaliknya, kita melihat ketidakpastian yang berkelanjutan ini dan gerakan lebih banyak untuk mengurangi pengaruh Tiongkok dan pengetahuan akan pengambilan keputusan di Pyongyang, " kata Winnie. "Langkah-langkah ini akan terus meningkatkan ketidakpastian dan kekhawatiran di Beijing, seperti juga di jajaran senior angkatan bersenjata."
Kenaikan dan kejatuhan Jenderal Pyon bernasib sama dengan Jenderal AU Ri Pyong-chol.
"Ri ditunjuk menjadi pembuat keputusan teratas di Komisi Pertahanan Nasional di sesi reguler Majelis Rakyat Tertinggi di Pyongyang," Chosun Ilbo melaporkan pada bulan September.
Namun, tidak sampai tiga bulan kemudian, dia jatuh. Korea Herald melaporkan pada bulan Desember bahwa Jenderal Ri telah digantikan oleh Jenderal Choe. Komando Angkatan Udara Korea Utara biasanya dipegang jenderal berbintang tiga, tapi Jenderal Choe hanya berbintang dua pada saat itu.
Namun, Jenderal Ri tetap berada di Komisi Militer Pusat yang mengawasi angkatan bersenjata dan menghadiri pertemuan terakhirnya, yang dipimpin oleh Kim Jong-un, pada tanggal 23 Februari, North Korea Leadership Watch melaporkan.
"Para ahli berspekulasi bahwa Kim berayun secara cepat antara Pengawal Lama dan Turki muda untuk memperketat cengkeramannya pada militer dan membuat seorang pun merasa tidak aman dalam jabatan mereka. Spekulasi lain adalah bahwa Hwang Pyong-so, yang naik menjadi kepala politbiro militer menggantikan Choe Ryong-hae (pada Mei 2014) memanfaatkan koneksi," Chosun Ilbo melaporkan pada Juni 2014.
Hwang tetap disukai dan memegang kuasa.
"Hwang, yang dulu bekerja di Departemen Organisasi dan Pembinaan Partai Buruh, membantu Kim menggantikan ayahnya. Ia juga disebut telah memainkan peran utama dalam eksekusi mantan pembuat keputusan tersohor Jang SJang Sung-taek (pada Desember 2013)," menurut laporan Chosun Ilbo edisi bulan Juni.
Credit APDForum