Presiden AS Donald Trump, di Estero, Florida, AS, 31 Oktober. (REUTERS/Carlos Barria)
Jakarta, CB -- Presiden AS Donald Trump mengaku tidak ingin mendengarkan rekaman suara pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi meskipun menghadapi tekanan untuk menghukum Arab Saudi atas kasus itu. Ia juga memilih tetap menempatkan Saudi sebagai sekutu dekat.
Khashoggi diketahui terbunuh di dalam Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Pemerintah Turki kemudian memberi AS rekaman pembunuhan itu.
"Saya tidak ingin mendengar rekaman itu. Tidak ada alasan bagi saya untuk mendengarkan rekaman itu," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News Sunday, dikutip dari Reuters, Senin (19/11) pagi.
"Saya tahu semua yang terjadi dalam rekaman itu tanpa harus mendengarnya... [Yang terjadi] itu sangat bengis, keji, dan mengerikan," lanjut dia.
Wawancara dengan Fox News Sunday itu sendiri direkam pada Jumat (16/11), atau sebelum CIA memberi penjelasan singkat kepada staf Trump soal dugaan keberadaan perintah dari putra mahkota Kerjaan Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MbS) dalam pembunuhan Khashoggi.
Namun, Trump menyebut belum ada bukti yang bisa menguatkan dugaan banyak orang itu meski ada keterlibatan orang-orang dekat pangeran dalam kasus itu. Yang jelas, Trump tetap ingin mempertahankan hubungan baiknya dengan Arab Saudi.
Pendemo memegang foto Jamal Khashoggi di depan Kedubes Arab Saudi di Jakarta, 19 Oktober. (REUTERS/Beawiharta)
|
"Dia memang memiliki orang-orang yang cukup dekat dan dekat dengannya yang mungkin terlibat [dalam kasus itu], tetapi pada saat yang sama kami memiliki sekutu dan saya ingin tetap bersama sekutu yang dalam banyak hal telah berjalan dengan sangat baik," tuturnya.
Soal kesimpulan CIA, pada Sabtu (17/11), Trump mengatakan bahwa itu "sangat prematur".
Dari dalam negeri, Trump tengah menghadapi tekanan kuat dari anggota parlemen senior, baik itu dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap Arab Saudi. Sejumlah usulan menyebutkan soal penundaan penjualan senjata dan tak lagi mendukungan MbS.
Pemerintah AS sendiri pada Kamis (15/11) memberlakukan sanksi ekonomi terhadap 17 pejabat Saudi atas dugaan peran mereka dalam pembunuhan itu, namun Paman Sam tidak menargetkan sanksi kepada pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Diketahui, Arab Saudi adalah pemasok minyak utama dan sekutu dekat Amerika Serikat dalam melawan kekuatan Iran di Timur Tengah.
Pangeran Mohammed bin Salman, di Riyadh, Arab Saudi, 24 Oktober. (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)
|
"Mereka [Arab Saudi] adalah sekutu penting, tetapi ketika datang ke putra mahkota, dia [MbS] tidak rasional, dia tertunduk, dan saya pikir dia melakukan banyak merusak hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi. Dan saya tidak punya niat untuk bekerja sama dengannya lagi," katanya pada NBC.
Credit cnnindonesia.com