Bintang-bintang di pusat putaran akan hasilkan ledakan paling ekstrem dalam astronomi
Para
peneliti berhasil menemukan putaran gas dan debu kosmis spektakuler
yang terbentuk di suatu sistem perbintangan yang siap meledak. Letaknya
pada konstalasi tata surya yang bernama Norma, sekitar d8.000 tahun
cahaya dari Bumi.
Penemuan itu dimuat dalam jurnal Nature Astronomy
pekan ini. Para penemunya mengklaim bintang-bintang di pusat putaran
tersebut akan menghasilkan ledakan paling ekstrem dalam astronomi: yaitu
ledakan sinar gamma.
"Inilah pertama kalinya kita bisa melihat semua hal yang
memungkinkan terjadinya peristiwa itu, semuanya pada satu tempat," kata
salah satu penulis laporan penemuan ini, Profesor Peter Tuthill, dari
University of Sydney.
Mereka menamakan formasi gas
dan debu kosmis tersebut sebagai Apep, nama dewa kuno Mesir yang
bertempur melawan dewa matahari Ra.
Apep memiliki
sepasang bintang besar pada intinya yang dikenal sebagai Wolf-Rayets,
yang berada pada titik puncaknya sebelumnya meledak sebagai peristiwa
supernova.
"Ketika kami menemukan bintang besar
dalam fase Wolf-Rayet, itulah saat-saat terakhir mereka sebelum
meledak," jelas Prof Tuthill.
Diperkirakan ketika
bintang-bintang ini hancur membentuk bintang neutron ultra-padat, atau
lubang hitam, maka akan tercipta ledakan sinar gamma panjang. Itulah
pancaran energi bertenaga tinggi yang berlangsung sekitar dua detik.
Diketahui bahwa tidak semua bintang besar ketika meledak akan menciptakan sinar gamma.
"Kami perkirakan perbedaan antara supernova normal dan jenis ledakan sinar gamma ini yaitu rotasi," katanya.
Tim peneliti menghitung salah satu dari dua bintang di pusat Apep itu berputar sangat cepat.
"Kita
telah melihat pasangan bintang-bintang Wolf-Rayet sebelumnya, namun
belum pernah melihatnya dalam keadaan siap meledak," tambah Prof
Tuthill.
Kapan persisnya ledakan itu akan terjadi,
katanya, tidak diketahui secara pasti. Namun untungnya pergerakan energi
dari ledakan itu tidak mengarah ke Bumi.
Penemuan tanpa sengaja
Penemuan Apep yang keindahannya sangat dramatis ini dilakukan tanpa sengaja.
Namun
menurut Prof Tuthill, yang agak aneh karena hal ini tersembunyi untuk
waktu lama padahal cahayanya spektakulernya cukup besar.
Penulis
utama laporan penelitian Joseph Callingham, dari Institute for Radio
Astronomy Belanda, menemukan sistem bintang yang sangat terang ini saat
melakukan pengamatan rutin.
"Kami sudah menduga hal ini sesuatu yang akan menarik, namun tidak sampai sedahsyat ini," ujar Prof Tuthill.
Ketika
tim peneliti melakukan pengamatan lanjutan menggunakan instrumen Very
Large Telescope di Chile dan Anglo-Australia Telescope di Coonabarabran ,
mereka pun menemukan hal yang luar biasa.
"Semakin melihat ke dalamnya, semakin tak masuk akal," katanya.
Peneliti
mengukur kecepatan angin hingga 12 juta kilometer per jam pada putaran
debu dan gas. Putaran itu sendiri bergerak dengan kecepatan 2 juta
kilometer per jam.
"Kita dihadapkan pada teka-teki
rumit. Ada gumpalan debu di luar angkasa sana, ada angin topan yang
menghantamnya, tapi itu hanya terseret dalam gelembungnya sendiri,"
katanya.
Para astronom percaya bahwa hal itu dapat
dijelaskan oleh pengamatan yang menunjukkan bahwa bintang paling ganas
menciptakan angin pada dua kecepatan. Yaitu cepat di kutub dan lambat di
khatulistiwa, menandakan bahwa bintang itu berputar sangat cepat.
Pemodelan
yang dilakukan menunjukkan kilauan indah dari debu yang menyala bukan
disebabkan angin kutub, melainkan oleh turbulensi saat bintang kedua
melewati angin khatulistiwa yang bergerak lambat.
Photo: Penemuan Apep dimungkinan oleh penggunaan teleskop sangat besar yang ada di Chile. (Supplied: Iztock Boncina/ESO)
Berputar menuju kehancurannya
Pakar
supernova Dr Brad Tucker dari Australian National University
menjelaskan selama ini para astronom sudah memperkirakan bahwa ledakan
sinar gamma yang panjang terkait dengan supernova.
"Bintang-bintang
Wolf-Rayet selalu menjadi kemungkinan terbesar tapi sulit untuk
mengetahuinya," kata Dr Tucker menanggapi penemuan ini.
"Bintang
seperti ini, yang menunjukkan dinamika unik dalam fitur putaran dan
anginnya, bisa menjadi kandidat menarik bagi sistem progenitor,"
katanya.
Pakar sinar gamma Dr David Coward, dari
University of Western Australia, mengatakan semburan sinar gamma hanya
pernah terdeteksi di galaksi lain yang jaraknya miliaran tahun cahaya.
Selain itu, sumber supernovanya sendiri sudah lama menghilang, barulah sinar gammanya terdeteksi.
"Itu ledakan terbesar di alam semesta dan kemungkinan juga terjadi di galaksi kita," kata Dr Coward.
Selama ini, katanya, bukti bahwa bintang-bintang besar membuat ledakan sinar gamma yang panjang biasanya kurang jelas.
"Kami
tahu ada beberapa supernova yang terkait dengan ledakan sinar gamma.
Tapi penemuan ini berbeda karena kita terjadi pada sistem bintang biner
yang besar," jelasnya.
Bintang tersebut, katanya, berputar pada tingkat yang kritis. "Jika berputar lebih cepat, semuanya akan hancur," ujarnya.
Dr Coward menambahkan bahwa bintang-bintang di Apep merupakan sistem berbeda yang baru diketahui.
"Akan
ada lebih banyak pencarian bintang seperti ini karena begitu istimewa.
Mereka tidak seperti matahari kita. Mereka sangat langka," katanya.