Senin, 12 November 2018

Intelijen Saudi Disebut Berniat Habisi Petinggi Militer Iran


Intelijen Saudi Disebut Berniat Habisi Petinggi Militer Iran
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman. (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)


Jakarta, CB -- Sejumlah pejabat intelijen Arab Saudi yang dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman disebut pernah merencanakan membunuh seorang pejabat militer Iran, Qassim Suleimani.

Suleimani merupakan pemimpin pasukan khusus Quds Force dari Pasukan Garda Revolusioner Iran, dan dianggap Saudi sebagai salah satu musuh besarnya.

Tiga orang yang mengetahui diskusi tersebut menuturkan tahun lalu para pejabat intelijen itu pernah meminta sekelompok kecil pengusaha untuk membantu melancarkan rencana tersebut.


Rencana itu disebut berlangsung ketika Pangeran Mohammed masih menjabat sebagai wakil Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi.


Dikutip The New York Times, Senin (12/11), rencana yang berlangsung setahun sebelum pembunuhan Jamal Khashoggi ini menunjukkan bahwa para pejabat tinggi Saudi telah mempertimbangkan melakukan pembunuhan terhadap 'musuh' kerajaan ketika Pangeran Mohammed akan naik takhta.

Saat itu, Pangeran Mohammed disebut tengah mengkonsolidasikan kekuasaan dan mengarahkan para penasihatnya untuk meningkatkan operasi militer dan intelijen di luar negeri.

Rencana pembunuhan disebut terjadi pada Maret 2017. Saat itu, salah satu pejabat Saudi, Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri, dikabarkan mengungkapkan rencana pembunuhan Suleimani dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah pengusaha.

Dalam pertemuan itu, para pengusaha disebut berencana menggunakan operasi intelijen swasta senilai US$2 miliar untuk melakukan sabotase perekonomian Iran.

Menurut tiga sumber tersebut, Assiri dan beberapa pejabat Saudi sempat bertanya kepada para pengusaha itu apakah mereka juga menjalankan operasi mematikan. Para pejabat Saudi disebut menuturkan ketertarikan mereka untuk membunuh pejabat senior Iran.


Sejumlah pebisnis yang hadir pun melihat rencana pembunuhan itu sebagai sumber pemasukan yang menguntungkan. Para pengusaha juga menilai rencana tersebut sebagai salah satu cara memusnahkan Iran, sebuah negara yang dianggap sebagai musuh bersama.

Meski begitu, para pebisnis tersebut mengatakan mereka perlu lebih dulu berkonsultasi dengan pengacara-pengacara mereka. Para pengacara perusahaan disebut menolak dengan tegas permintaan pejabat Saudi dengan mengatakan bahwa klien mereka tak akan ambil bagian dalam rencana pembunuhan apa pun.

Sebelum dipecat bulan lalu karena dituding terlibat pembunuhan Khashoggi, Assiri merupakan salah satu penasihat terdekat Pangeran Mohammed. Ketika naik sebagai Putra Mahkota, Mohammed kemudian mengangkat Assiri sebagai wakil kepala badan intelijen Saudi

Analis negara Barat meyakini bahwa pengangkatan Assiri dilakukan Mohammed guna membantunya mengawasi kepala intelijen Saudi, Khalid bin Ali bin Abdullah al-Humaidan.

Humaidan diketahui dekat dengan intelijen negara Barat, dan diduga masih setia terhadap salah satu anggota keluarga kerajaan yang menjadu musuh Mohammed.


Hingga berita ini dibuat, juru bicara pemerintah kerajaan Saudi menolak mengomentari kebenaran rencana pembunuhan tersebut.




Credit  cnnindonesia.com