Presiden terpilih AS, Donald Trump,
menyatakan akan menerapkan kebijakan militer AS yang tidak lagi ikut
campur dalam konflik negara asing. (Reuters/Mike Segar)
"AS akan berhenti menggulingkan rezim asing, di mana seharusnya AS tidak terlibat karena tidak mengetahui akar masalah negara itu. Sebaliknya, fokus militer AS kini adalah mengalahkan teroris dan ISIS," ungkap Trump di Fayetteville, North Carolina seperti dikutip Reuters, Selasa (6/12).
Selama ini, Trump menganggap pengeluaran pertahanan AS yang besar hanya digunakan untuk bertempur dan berperang dalam konflik di negara asing. Hal ini dia nilai tidak memberikan manfaat apa-apa pada negeri Paman Sam.
Pasukan bersenjata AS selama ini banyak dikerahkan di berbagai negara asing seperti Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara di Timur Tengah. Militer AS juga terlibat langsung dalam pertempuran aktif di Irak, Suriah, dan Afganistan.
"Kami akan membangun militer AS lebih kuat lagi bukan sebagai bentuk agresi, tapi sebagi tindakan pencegahan. Kami ingin mencari perdamaian melalui kekuatan militer," kata Trump.
Retorika Trump sejalan dengan penekanan pada masa kampanyenya. Dalam beberapa kesempatan dia menyatakan akan memaksa negara sekutunya untuk turut mendanai biaya pertahanan yang selama beberapa dekade ditanggung oleh Washington.
Trump juga berjanji akan membatalkan perjanjian lama yang dia anggap tidak menguntungkan, dan mendefinisikan kembali apa artinya menjadi sekutu AS.
"Kami tidak lupa dengan negara mitra AS selama ini. Kini kami berniat memperkuat pertemanan lama AS dengan negara sekutu dan mencari persahabatan baru," kata Trump.
Di Fayetteville, Trump turut memperkenalkan pensiunan Jenderal Angkatan Laut AS, James Mattis, pada publik AS sebagai kandidat pilihannya yang direncanakan akan mengisi kursi menteri pertahanan AS di kabinet pemerintahannya nanti.
Pilihan Trump yang jatuh pada eks militer ini dianggap menyiratkan keinginannya untuk menerapkan kebijakan luar negeri yang berbeda dari pemerintahan Obama.
Credit CNN Indonesia