Enam orang tewas dalam serangkaian
penembakan terpisah yang terjadi dalam waktu 24 jam di selatan Thailand
yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis Muslim. (Reuters/Chaiwat
Subprasom)
Kepada AFP, Rabu (7/12),Komandan Polisi Pattani Mayor Jenderal Thanongsak Wangsupa mengatakan serangan ini merupakan pembalasan atas serangkaian penangkapan sejumlah anggota militan oleh polisi dalam beberapa hari terakhir.
"Kami telah menahan sekitar delapan orang di bawah hukum darurat," ujar Wangsupa.
Korban tewas pertama adalah seorang kepala desa di Provinsi Pattani yang ditemukan tewas tertembak di bagian kepala pada Selasa (6/12) pagi di rumahnya di distrik Yaring. Lokasi ini diketahui kerap menjadi sarang aksi pemberontakan.
Tak lama berselang, dua orang lainnya ditembak mati saat mengendarai sepeda motor di distrik Nongchik. Salah satu korbannya merupakan anggota militer Thailand.
|
Wilayah selatan Thailand menjadi saksi bisu bentrokan selama 12 tahun antara pasukan militer Thailand dan kelompok separatis Muslim Melayu. Dalam insiden berdarah yang setidaknya telah merenggut sekitar 6.700 jiwa ini, baik militer Thailand dan kelompok militan dituduh telah melakukan pelanggaran HAM.
Serangkaian aksi pemberontakan kerap melanda wilayah yang dihuni etnis Melayu itu selama puluhan tahun. Pemberontakan dipicu akibat pencaplokan tiga provinsi Malaysia oleh Thailand sekitar satu abad lalu. Kejadian ini membuat Etnis Muslim yang selama ini tinggal wilayah itu merasa tertindas di bawah kekuasaan Bangkok.
Suara bom dan pembunuhan menjadi realitas sehari-hari bagi warga sipil di wilayah yang dijaga ketat oleh tentara dan polisi itu.
Pemberontakan terbaru pecah pada 2014 lalu. Insiden pemberontakan dan serangkaian bentrokan ini selalu gagal mengambil perhatian dunia internasional hingga peristiwa ledakan bom di salah satu situs wisata pada Agustus lalu mulai membuka mata publik.
Credit CNN Indonesia