Rusia tengah
mengembangkan teknologi baru untuk melawan sistem tempur berbasis drone,
seperti Swarm yang dirancang AS. Senjata baru ini akan menggunakan
prinsip elektromagnetik untuk melumpuhkan pesawat tanpa awak musuh.
Pesawat tanpa awak, yang
mulai digunakan para tentara sebagai senjata sekitar sepuluh tahun lalu,
telah berubah arah secara keseluruhan di medan tempur.
Sumber: Reuters
Pesawat tanpa awak, yang mulai digunakan para tentara sebagai senjata sekitar sepuluh tahun lalu, telah berubah arah secara keseluruhan di medan tempur. Pada dasarnya, peran manusia secara bertahap disingkirkan sebagai unit tempur utama. Pengintaian dan serangan, hal-hal yang dulu mustahil dilakukan tanpa keterlibatan langsung manusia, kini bisa dilakukan oleh robot.
Drone terlihat seperti model pesawat mini dari luar. Namun sesungguhnya, senjata efektif bisa ditempatkan di atasnya, dan tak harus berupa senapan atau misil. Drone merupakan platform yang hampir ideal untuk menempatkan perangkat senjata elektronik.
Apa Itu Swarm?
Sistem Swarm merupakan pengembangan terbaru dari industri pertahanan Amerika. Meski idenya sederhana, sistem ini kompleks saat digunakan. Konsepnya sendiri polos: untuk membingungkan sistem pertahanan udara musuh dengan menciptakan pencegat.Konsep ini telah digunakan dalam beberapa kesempatan dan tak gagal. Namun, keunikan Swarm terletak pada penggunaan drone yang ditujukan untuk memblokir fungsi stasiun radar. Sistem ini tak terdiri dari satu atau dua mesin — tergambar dari namanya (swarm berarti ‘kawanan’ dalam bahasa Inggris). Pengangkutnya, yang dapat berupa perangkat terbang apa pun, meluncurkan puluhan drone, seperti aksi sekumpulan lebah.
Tiap drone merupakan unit tempur mandiri. Ia dapat dilengkapi dengan semua jenis senjata, dari misil hingga perangkat elektronik. Namun, aksi Swarm terpadu secara organik. Tiap drone yang menyusun sistem memiliki fungsi tertentu, seperti melakukan pengintaian, menciptakan pencegatan, atau meluncurkan serangan misil.
Pesawat-pesawat tanpa awak ini secara bersamaan mengirim informasi pada titik kontrol tunggal dan menukarnya satu-sama lain. Hal ini pada dasarnya menghasilkan tipe baru sistem tempur. Ia tak hanya mampu mencakup invasi udara dalam area pertahanan dengan menekan radar musuh, tapi juga menyerang target pada lokasi yang telah ditetapkan. Sistem pertahanan udara tradisional tak akan mampu berhadapan dengan Swarm — secara praktis, mustahil menangkisnya dengan misil.
Senjata Baru Rusia untuk Hadapi Swarm
Jika Swarm mampu mencapai targetnya maka hampir mustahil untuk menghentikannya. Oleh karena itu, pengembangan baru yang diciptakan para insinyur Rusia bertujuan memblokirnya saat ia mendekat.Tak seperti sistem dari generasi sebelumnya, senjata baru ini berorientasi pada fungsi aktif. Daripada menciptakan pencegatan radio, senjata baru ini melumpuhkan semua perangkat elektronik drone. Pesawat tanpa awak itu tak dirusak secara fisik, melainkan diubah menjadi seonggok besi belaka. Dibanding melancarkan serangan yang tak efektif pada miniatur pesawat terbang, taktik berbeda digunakan. Ia mengganggu komunikasi antara drone di kawanannya dengan pusat kendali mereka.
Saat ini, pengembangan senjata masih rahasia. Belum ada informasi bagaimana sesungguhnya senjata Rusia itu akan beraksi melawan kawanan drone. Para pakar berasumsi sistem ini akan memiliki senjata pengarah elektromagnetik.
Ini sepertinya mungkin. Rusia sudah lama bergantung pada penggunaan radiasi elektromagnetik dalam pertempuran. Jika demikian, drone akan diserang oleh aliran bertegangan tinggi yang benar-benar membakar mereka ‘di dalam’. Bom elektromagnetik juga efektif untuk digunakan melawan mereka.
Meledak pada ketinggian beberapa ratus meter, bom ini melumpuhkan semua perangkat elektronik yang berada dalam radius empat kilometer. Meski demikian, banyak pertanyaan yang masih belum terjawab. Sebagai contoh, belum diketahui bagaimana serangan elektromagnetik akan diciptakan dan diarahkan. Namun, jelas senjata Rusia memasuki level pengembangan baru.
Credit indonesia.rbth.com