Selasa, 13 Desember 2016

Putin Siap Tawarkan Senjata Tercanggih untuk Berangus Teroris



 
Putin Siap Tawarkan Senjata Tercanggih untuk Berangus Teroris
Sistem pertahanan rudal Rusia A 96K6 atau Pantsir-S1, salah satu senjata canggih Rusia yang akan ditawarkan pada dunia. Foto / Sputniik / Evgeny Biyatov
 
MOSKOW - Rusia memiliki persenjataan dan hardware paling canggih untuk mengatasi terorisme, dan siap untuk ditawarkan kepada setiap negara. Demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin.

”Kami siap untuk menawarkan pada pelanggan kami cara atasi teroris yang paling canggih, termasuk pesawat tempur, sistem pertahanan udara, sistem peluncur roket dan kendaraan lapis baja,” kata Putin saat memimpin pertemuan Komisi Kerjasama Teknik Militer Rusia dengan Negara Asing pada hari Senin.

”Negara kami membuat kontribusi yang signifikan untuk memerangi terorisme internasional,” lanjut pemimpin Rusia itu. Dia menekankan bahwa semakin banyak negara yang menghadapi gelombang kekerasan dan ancaman teroris yang terus berkembang. ”Suriah, Libya, Irak dan Afghanistan adalah contoh yang dikenal,” ujar Putin, seperti dikutip dari Russia Today, semalam (12/12/2016).

Dia memperingatkan bahwa teroris di seluruh dunia telah membentuk kelompok-kelompok bersenjata yang besar, yang memiliki ahli militer terlatih dan unit persenjataan buatan Barat.

Menurut Putin, Rusia ada peringkat kedua di dunia dalam pemasaran senjata, di atas Prancis, Jerman dan Inggris. Nilai pesanan ekspor senjata Rusia saat ini melebihi USD50 miliar, dengan 100 negara-negara asing menjadi mitranya.

Putin mencontohkan, pada 2015 saja, senjata-senjata dan peralatan militer Rusia dipasok ke 58 negara-negara asing. ”Pada saat yang sama kami (Rusia) bertindak dalam kondisi persaingan  yang sulit dan bahkan terkadang menghadapi kenakalan dari beberapa mitra,” ucap Putin.

Presiden Putin mendesak pembuat senjata Rusia dan distributornya untuk mengambil langkah yang diperlukan guna mempertahankan permintaan yang tinggi dari pelanggan asing untuk persenjataan Rusia.



Credit  sindonews.com