CB, JAKARTA -- Limbah yang dihasilkan dari
setiap aktivitas manusia di bumi pasti akan memberikan efek buruk bagi
lingkungan jika tidak ditanggulangi dengan baik, tak terkecuali limbah
nuklir. Untuk itu, para peneliti saat ini sedang mencoba memanfaatkan
limbah nuklir untuk diolah menjadi baterai yang tahan lama.
Menggunakan berlian buatan manusia, baterai yang terbuat dari limbah nuklir ditaksir bisa bertahan lebih dari 5.000 tahun. Sehingga, baterai nantinya bisa mendukung alat-alat yang membutuhkan baterai daya jangka panjang seperti alat pacu jantung, drone, satelit dan pesawat ruang angkasa.
Para ilmuwan menciptakan baterai berlian radiaktif dengan cara mengkonversi limbah nuklir. Mereka mengatakan, terobosan ini dapat membantu memecahkan masalah limbah menjadi baterai bertenaga nuklir dan pasokan energi bersih dalam jangka panjang. "Tidak ada bagian yang bergerak, tidak ada emisi yang dihasilkan dan tidak perlu ada perawatan," pakar geokimia University of Bristol, Tom Scott.
Saat ini para peneliti dalam tahapan meningkatkan efisiensi perangkat. Para peneliti membuat prototipe ‘baterai berlian’ menggunakan isotop radioaktif Nickel-63 sebagai sumber radiasi. Untuk melakukan ini, mereka menggunakan karbon-14 untuk memoderasi reaksi di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Karbon-14 kemudian diekstraksi dan dimaskukkan ke dalam berlian buatan manusia untuk menghasilkan baterai bertenaga nuklir. "Karbon-14 dipilih sebagai sumber radiasi agar dapat memancarkan radiasi jarak pendek yang cepat diserap oleh bahan padat," jelas Dr Neil Fox dari University School of Chemistry.
Jika diproduksi pada 2016, baterai ini akan berjalan pada kekuatan penuh hingga tahun 7746. Namun, setelah 5730 tahun, daya baterai akan menurun mencapai 50 persen dan setelah 11 ribu tahun akan berkurang hingga 25 persen. Pengembangan proyek yang dilakukan oleh para peneliti ini telah didanai selama tiga tahun ke depan.
Menggunakan berlian buatan manusia, baterai yang terbuat dari limbah nuklir ditaksir bisa bertahan lebih dari 5.000 tahun. Sehingga, baterai nantinya bisa mendukung alat-alat yang membutuhkan baterai daya jangka panjang seperti alat pacu jantung, drone, satelit dan pesawat ruang angkasa.
Para ilmuwan menciptakan baterai berlian radiaktif dengan cara mengkonversi limbah nuklir. Mereka mengatakan, terobosan ini dapat membantu memecahkan masalah limbah menjadi baterai bertenaga nuklir dan pasokan energi bersih dalam jangka panjang. "Tidak ada bagian yang bergerak, tidak ada emisi yang dihasilkan dan tidak perlu ada perawatan," pakar geokimia University of Bristol, Tom Scott.
Saat ini para peneliti dalam tahapan meningkatkan efisiensi perangkat. Para peneliti membuat prototipe ‘baterai berlian’ menggunakan isotop radioaktif Nickel-63 sebagai sumber radiasi. Untuk melakukan ini, mereka menggunakan karbon-14 untuk memoderasi reaksi di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Karbon-14 kemudian diekstraksi dan dimaskukkan ke dalam berlian buatan manusia untuk menghasilkan baterai bertenaga nuklir. "Karbon-14 dipilih sebagai sumber radiasi agar dapat memancarkan radiasi jarak pendek yang cepat diserap oleh bahan padat," jelas Dr Neil Fox dari University School of Chemistry.
Jika diproduksi pada 2016, baterai ini akan berjalan pada kekuatan penuh hingga tahun 7746. Namun, setelah 5730 tahun, daya baterai akan menurun mencapai 50 persen dan setelah 11 ribu tahun akan berkurang hingga 25 persen. Pengembangan proyek yang dilakukan oleh para peneliti ini telah didanai selama tiga tahun ke depan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Ilmuwan Sulap Limbah Nuklir Jadi Baterai Super
CB, JAKARTA -- Para Ilumawan dari Universitas
Bristol, Inggris menemukan metode pengelolaan limbah nuklir menjadi
sumber energi. Mereka mampu mengubah limbah nuklir yang dapat digunakan
sebagai baterai berbahan dasar berlian.
Dikutip dari Sciencealert, Rabu (30/11), mereka mengubah gas radioaktif menjadi berlian yang bisa digunakan sebagai baterai. Bahkan, berlian buatan ini mampu menyamakan tenaga listrik secara potensial, sekaligus sanggup menyediakan sumber daya energi hingga ribuan tahun ke depan. "Tidak ada bagian perubahan yang harus diubah, tidak perlu emisi, tidak perlu ada perawatan yang dibutuhkan," ujar Geologi Tom Scott dari Univeristas Bristol, Inggris.
Scott mengatakan, melalui materi radioaktif di dalam berlian, tim bisa mengubah masalah dari limbah nuklir menjadi baterai yang penuh daya dan bisa digunakan jangka panjang untuk sumber energi nuklir yang bersih. Selama ini, Tim Scott telah menunjukkan contoh baterai berlian menggunakan nikel isotop yang tidak stabil dari sumber radiasi atau nikel 63.
Nikel 63 mempunyai setengah masa hidup 100 tahun artinya para ilmuwan ini telah menemukan baterai berbasis nikel 63 bisa diisi sampai 100 tahun. Namun, para ilmuwan menyebut ada sumber energi lainnya yang lebih baik mereka kerjakan, dan cara ini salah satu solusi menyelesaikan imbah nuklir di Inggris.
Alternatif sumber energi lainnya dengan menciptakan blok grafit dalam pembangkit tenaga nuklir, dimana sumber radiasi bisa diganti karbon 14 lantaran memiliki waktu hidup sekitar 5370 tahun. Sehingga dengan memakai bahan dasar karbon 14 membuat sumber radiasi bisa sempurna bahkan dapat memasok energi baterai yang sangat lama. "Karbon 14 dipilih menjadi sumber material karena pancaran radiasinya rendah, juga dapat diserap oleh banyak sumber tiap bahan padat," ujar Peneliti Neil Fox.
Soal penghematan baterai berlian, tim membandingkan dengan baterai alkaline AA yang sudah umum dipakai di seluruh dunia. Dimana baterai alkaline AA dengan berat 20 gram memiliki energi dengan tingkat 700 joule per gram dan bisa dipakai selama 24 jam.
Sementara, baterai berlian dengan bobot 1 gram karbon 14 bisa menghasilkan 15 joul per hari dan dapat terus memproduksi energi selama 5730 tahun. Sehingga total penyimpanan bisa mencapai 2,7 terajoul. "Penelitian ini memang terlalu dini namun menarik dimana mampu menyediakan tujuan yang bermanfaat untuk kebutuhan limbah radioaktif yang jumlahnya sangat besar, sekaligus mampu memberikan sumber energi yang baru dan bagus. Baterai berlian ini merupakan contoh yang sangat bagus dan menarik dimana Inggris mampu memberikan nilai dari sebuah limbah," kata Scott.
Tim peneliti membagikan detail penelitian dengan judul 'Ide Mengubah Dunia' yang Universitas Bristol Inggris pada minggu kemarin, tetapi penelitian mereka belum dipublish, jadi harus menunggu dan melihat bagaimana karbon 14 dapat bekerja.
Dikutip dari Sciencealert, Rabu (30/11), mereka mengubah gas radioaktif menjadi berlian yang bisa digunakan sebagai baterai. Bahkan, berlian buatan ini mampu menyamakan tenaga listrik secara potensial, sekaligus sanggup menyediakan sumber daya energi hingga ribuan tahun ke depan. "Tidak ada bagian perubahan yang harus diubah, tidak perlu emisi, tidak perlu ada perawatan yang dibutuhkan," ujar Geologi Tom Scott dari Univeristas Bristol, Inggris.
Scott mengatakan, melalui materi radioaktif di dalam berlian, tim bisa mengubah masalah dari limbah nuklir menjadi baterai yang penuh daya dan bisa digunakan jangka panjang untuk sumber energi nuklir yang bersih. Selama ini, Tim Scott telah menunjukkan contoh baterai berlian menggunakan nikel isotop yang tidak stabil dari sumber radiasi atau nikel 63.
Nikel 63 mempunyai setengah masa hidup 100 tahun artinya para ilmuwan ini telah menemukan baterai berbasis nikel 63 bisa diisi sampai 100 tahun. Namun, para ilmuwan menyebut ada sumber energi lainnya yang lebih baik mereka kerjakan, dan cara ini salah satu solusi menyelesaikan imbah nuklir di Inggris.
Alternatif sumber energi lainnya dengan menciptakan blok grafit dalam pembangkit tenaga nuklir, dimana sumber radiasi bisa diganti karbon 14 lantaran memiliki waktu hidup sekitar 5370 tahun. Sehingga dengan memakai bahan dasar karbon 14 membuat sumber radiasi bisa sempurna bahkan dapat memasok energi baterai yang sangat lama. "Karbon 14 dipilih menjadi sumber material karena pancaran radiasinya rendah, juga dapat diserap oleh banyak sumber tiap bahan padat," ujar Peneliti Neil Fox.
Soal penghematan baterai berlian, tim membandingkan dengan baterai alkaline AA yang sudah umum dipakai di seluruh dunia. Dimana baterai alkaline AA dengan berat 20 gram memiliki energi dengan tingkat 700 joule per gram dan bisa dipakai selama 24 jam.
Sementara, baterai berlian dengan bobot 1 gram karbon 14 bisa menghasilkan 15 joul per hari dan dapat terus memproduksi energi selama 5730 tahun. Sehingga total penyimpanan bisa mencapai 2,7 terajoul. "Penelitian ini memang terlalu dini namun menarik dimana mampu menyediakan tujuan yang bermanfaat untuk kebutuhan limbah radioaktif yang jumlahnya sangat besar, sekaligus mampu memberikan sumber energi yang baru dan bagus. Baterai berlian ini merupakan contoh yang sangat bagus dan menarik dimana Inggris mampu memberikan nilai dari sebuah limbah," kata Scott.
Tim peneliti membagikan detail penelitian dengan judul 'Ide Mengubah Dunia' yang Universitas Bristol Inggris pada minggu kemarin, tetapi penelitian mereka belum dipublish, jadi harus menunggu dan melihat bagaimana karbon 14 dapat bekerja.
Credit REPUBLIKA.CO.ID