Amerika Serikat menghentikan penjualan sejumlah senjata untuk Arab Saudi. (Dok. US Navy)
AS juga akan mengubah fokus pelatihan angkatan udara Saudi pada kemampuan menembak tepat sasaran. Akurasi serangan Saudi menjadi perhatian AS lantaran kerap mengenai objek yang tak ditargerkan.
Dikutip Reuters, Rabu (14/12), seorang sumber di pemerintahan Barack Obama yang meminta namanya tidak dipublikasikan mengungkapkan masalah "sistemik, endemik" pada akurasi serangan Saudi membuat AS memutuskan menyetop sejumlah penjualan senjata pintar seperti rudal.
|
Hal ini menunjukkan frustrasi mendalam pemerintahan Presiden Barack Obama atas intervensi Saudi di perang Yaman yang telah berlangsung selama 20 bulan dan menewaskan 10 ribu orang.
Keputusan ini juga bisa jadi memperparah hubungan antara Washington dan Riyadh di sisa-sisa masa pemerintahan Obama, sebelum diwariskan ke Presiden terpilih Donald Trump.
Walau demikian, tindakan ini masih belum memenuhi harapan pihak yang ingin AS menghentikan sepenuhnya bantuan militer untuk Saudi.
Ke depan, AS akan tetap mengisi bahan bakar pesawat koalisi Saudi yang terlibat dalam operasi militer dan tidak sepenuhnya memutus penjualan senjata ke negara tersebut.
Selain itu, Washington juga akan membagikan lebih banyak informasi intelijen soal perbatasan Saudi dan Yaman.
Sejak meluncurkan intervensi militer pada Maret 2015 untuk membantu Presiden Rabbu Mansour Hadi memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran, Saudi kerap menjadi sasaran serangan lintas batas oleh Houthi.
Namun, kelompok pemerhati HAM mengatakan ribuan serangan udara dari koalisi Saudi justru menghantam klinik, sekolah, pasar dan pabrik. Tindakan ini dapat disebut setara dengan kejahatan perang.
Pemerintah Saudi tidak menampik serangan tersebut maupun menjelaskan keberadaan musuh di kawasan yang mereka serang.
Credit CNN Indonesia