Warga desa ketakutan dan berharap kondisi buruk segera pulih.
Operasi perburuan teroris di kawasan hutan pegunungan Sulawesi Tengah, masih berlangsung. (VIVA/Mitha Meinansi)
Operasi yang sebelumnya telah berakhir pada Rabu 9 Maret 2016 lalu, telah diperpanjang hingga enam bulan ke depan. Aparat keamanan gabungan TNI dan Polri yang terlibat dalam Operasi Tinombala 2016, tetap melakukan penyekatan sekaligus pemantauan keluar masuk orang dan barang di sejumlah titik.
Santoso dan kelompoknya diyakini telah terkepung di wilayah hutan pegunungan Desa Torire, kecamatan Lore Tengah, Poso, Sulawesi Tengah.
Sejak dimulainya Operasi Tinombala 2016 pada awal Januari lalu, terhitung sudah ada empat orang anggota kelompok Santoso yang tewas. Beberapa di antaranya bertindak sebagai kurir juga berhasil ditangkap aparat keamanan. Meski operasi tersebut memakan korban dari pihak aparat sendiri, baik TNI maupun Polri.
Aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016, hingga kini terus memantau ketat jalur keluar masuk ke wilayah lembah Napu di Kabupaten Poso, yang meliputi kecamatan Lore Utara, Lore Timur, Lore Peore dan Lore Tengah.
Pemantauan keluar masuk orang itu, merupakan tindak lanjut dari pengepungan terhadap kelompok Santoso di wilayah hutan pegunungan Desa Torire, Kecamatan Lore Tengah.
Salah satu jalur keluar masuk yang dipantau adalah jalur yang menghubungkan Lore Utara dengan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, di Desa Wuasa. Aparat Brimob bersama TNI disiagakan 24 jam untuk memeriksa setiap kendaraan yang keluar masuk, untuk mencari benda benda berbahaya maupun orang- orang mencurigakan.
Sebelumnya, situasi di Desa Torire begitu tenang. Namun saat kelompok Santoso berhasil digiring dan terkepung di wilayah itu, desa yang berada di ujung barat kecamatan Lore Tengah itu, menjadi perhatian aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016.
Berjarak sekitar 160 KM dari kota Poso, di desa yang memiliki populasi penduduk 130 kepala keluarga itu, saat ini menjadi konsentrasi keberadaan aparat dalam perburuan kelompok teroris Santoso. Dari Poso Kota menuju ke desa yang terpencil itu telah ditempatkan lima pos pemeriksaan oleh personel TNI dan Polri.
Wartawan VIVA.co.id pada Minggu, 13 Maret 2016, sempat melakukan penelusuran, memasuki Desa Torire, terdapat sebuah palang di ujung jembatan baja, yang menghubungkan Desa Torire dengan desa tetangganya, di atas Sungai Lariang.
Tampak personel TNI dari Batalyon Infantri 303 Kostrad ditugaskan menjaga jalur masuk. Mereka memeriksa secara ketat identitas dan barang dari orang yang melintasi desa tersebut.
Di dalam Desa Torire, terdapat pos pengamanan yang ditempatkan personel TNI dari Batalyon 714 Sintuwu Maroso. Mereka juga melakukan pemeriksaan identitas dari setiap orang yang keluar masuk desa Torire. Ketatnya pengamanan di desa Torire ini, dilakukan upaya pengepungan terhadap kelompok teroris Santoso dalam Operasi Tinombala 2016.
Warga Ketakutan
Sebagian besar pasukan TNI dan Polri yang bertugas melakukan pengepungan, ditempatkan di dalam kawasan hutan serta kawasan perkebunan masyarakat. Dengan perkuatan 2.000 personel gabungan TNI dan Polri, sebagian besar di antaranya telah digeser ke wilayah itu untuk mendukung upaya pencarian dan pengejaran kelompok Santoso.
Warga Torire mengaku ketakutan. Kehidupan warga menjadi terganggu dan cukup terusik. Mereka tidak lagi dapat melakukan aktifitas di kebun seperti biasanya. Tidak hanya itu, dalam beberapa malam warga desa mendengarkan kontak senjata.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, kelompok Santoso hendak keluar dari persembunyian untuk mencari makan. Gerak gerik mereka terpantau dan kontak senjata terjadi. Warga berharap situasi keamanan bisa pulih kembali.
"Memang masyarakat tidak bisa lagi ke mana-mana, sebab takut sama teroris. Jadi pencaharian masyarakat sudah berkurang. Kami berharap supaya cepat pulih kembali. Keadaan ini bisa ditangani aparat keamanan," kata Darius, warga Desa Torire.
Sebelumnya, Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Operasi Tinombala 2016 telah diperpanjang selama 6 bulan ke depan. Operasi itu diharapkan akan semakin efektif untuk mempercepat proses penangkapan kelompok Santoso.
"Dengan sekarang ada banyak TNI dan Polri, saya kira sudah lebih dari 3.000 orang sekarang itu, saya pikir tidak perlu takut lagi sekarang, karena jumlah mereka sekarang tinggal 39 orang. Itu terus kita perkecil," ujar Luhut Panjaitan di Poso dalam kunjungan kerjanya.
Upaya pengepungan terhadap kelompok Santoso di hutan pegunungan Desa Torire sejauh ini belum berhasil menangkap pentolan kelompok itu. Dalam prediksi aparat keamanan, perkuatan kelompok Aantoso berjumlah sekitar 30 hingga 40 orang. Jumlah itu disebutkannya akan terus diperkecil dalam Operasi Tinombala 2016 yang telah diperpanjang.
Beratnya medan hutan pegunungan di wilayah Kabupaten Poso, serta benda berbahaya dan bahan peledak yang mereka miliki, membuat upaya pengejaran terhadap kelompok Santoso menjadi kendala bagi aparat keamanan.
Credit VIVA.co.id